Mak, udah tau kalau penderita kanker payudara di Indonesia meningkat signifikan? Panik, kan? Sama! Bentar-bentar, emang kanker payudara itu cem mana?
Yuk, lah belajar bareng sama-sama. Kita cari ilmu perkankeran sampai tuntas ke akarnya. Biar bisa mencegah, deteksi dini, atau berobat secepatnya. Soalnya, taruhannya nyawa! Gak berani macam-macam kan, ya?
Kanker itu apa?
Mari kita bayangkan. Di dalam tubuh kita, ada triliunan sel yang bekerja sesuai job desk, ya, kan? Cem kita manusia di bumi, setiap orang mengerjakan apa yang seharusnya mereka lakukan.
Nah trus, ada satu sel yang bermutasi, kayak manusia yang membangkang dan nakal. Parahnya, ni anak melahirkan (sel kan bisa berkembang biak, ya) sel-sel lainnya yang sepemikiran sama orang tuanya, binal, eh nakal.
Mereka terus bertambah banyak dan gak terkendali. Demonstrasi sana-sini dan anarkis! Ngerusak fasilitas publik (sel yang sehat juga diserang, Sis).
Emang gak ada polisinya? Ada, lah. Tubuh kita punya mekanisme buat nangkep dan bunuh sel jahanam ini, ya. Tapi ada kemungkinan si polisi ini gak bekerja seperti semestinya. Harusnya bukan karena korupsi sih, ya.
Ya udah deh, gerombolan sel nakal ini terus bertambah. Polisi kalah jumlah. Sampai akhirnya mekanisme buat bunuh sel nakal ini kalah.
Populasi sel nakal ini yang asalnya cuma di tingkat kabupaten, sekarang udah seprovinsi. Lama-lama satu negara berisi kroninya si sel kanker ini. Presiden turun tangan pun gak bakal bisa menangani.
Kanker Payudara yang Gimana?
Ya jelas, organ tempat berkembang biaknya sel nakal ini payudara. Makanya lebih banyak menyerang wanita. Meskipun laki-laki pun tetep punya potensi diserang juga.
Jenis kanker payudara banyak macamnya. Setidaknya ada empat yang umum diderita.
1. Ductal carcinoma in situ
Kanker payudara jenis ini terbilang dini. Juga masih cukup mudah untuk ditangani. Kanker jenis ini berada di saluran kecil air susu ibu menuju ke puting. Tidak menyebar ke jaringan lain.
Ibaratnya, si kelompok demonstran nakal berkumpul di gorong-gorong air bawah kota. Kegiatannya masih di bawah tanah. Ah, di Indonesia masih jarang pipa air besar di bawah tanah sih, ya.
2. Lobular carcinoma in situ
Kanker payudara jenis ini berkembang di jaringan penghasil air susu ibu. Memang tidak menyebar ke jaringan lainnya tapi meningkatkan resiko pertumbuhan kanker di payudara lainnya lho, Bu!
Kalau yang ini, para pembelot tadi udah menguasai sebuah gedung di kota. Tapi mereka belum keluar dari sana. Geng ini masih rendah nyalinya.
3. Invasive ductal carcinoma
Inilah jenis kanker payudara paling banyak diderita, tapi cukup berbahaya. Pasalnya, kanker yang tumbuh dari saluran air susu ibu, menyebar ke jaringan sekitarnya. Tidak menutup kemungkinan, kanker bakal merambat ke bagian tubuh lainnya.
Wah, ini sih sebutannya udah pemberontak. Dari bawah gorong-gorong, mereka keluar dan merusak. Sebagian kota mulai luluh lantak.
4. Invasive lobular carcinoma
Kanker jenis ini tumbuh di jaringan penghasil air susu ibu dan kemudian menyebar ke jaringan sekitarnya. Bisa lewat darah dan saluran getah bening menyebarnya.
Jadi, si kelompok pemberontak yang udah menguasai gedung, keluar lah mereka dari sana. Bikin kerusakan di mana-mana. Kalau udah gini, polisi juga keteteran nanganinnya.
Faktor Risiko Kanker Payudara
Lah, trus, siapa aja sih yang bisa kena? Siapa aja bisaa. Tapi, ada beberapa hal yang bikin seseorang lebih besar kemungkinan menderita kanker payudara. Siapa aja mereka?
1. Berjenis kelamin perempuan
Yoi, mbaksis, cewek lebih rentan kena kanker payudara. Kan kite punya payudara dengan segala perlengkapannya: saluran dan kelenjar air susu ibu yang berfungsi sebagaimana mestinya. Seperti yang udah eike bilang di atas, si kanker bisa tumbuh di kedua tempat itu, ya.
Apakah laki-laki gak punya payudara dengan segala perlengkapannya? Ternyata ada, Pak. Tapi, gak berkembang saat cowok masih di dalam perut ibunya. Ada kasus tertentu yang bisa bikin payudara laki-laki berkembang, karena fluktuasi hormon, misalnya. Makanya, laki-laki juga tetep berisiko kena kanker payudara.
2. Genetik dari keluarga
Ternyata, genetik juga punya peranan dalam tercetusnya kanker payudara, meskipun bukan faktor terbesar. Beberapa studi mengamini adanya hal ini, Gaes. Jadi, intinya, yang diturunkan itu bukan penyakitnya, tapi kecenderungan terjadinya kelainan dari gen yang berperan menghambat sel jadi kanker.
Kapan perlu waspada?
- Ada tiga orang atau lebih yang sedarah (nenek, ibu, tante, adik, kakak, atau anak kandung) mengidap kanker ovarium atau payudara
- Ada dua atau lebih saudara sedarah yang mengalami kanker payudara atau ovarium di bawah usia 40 tahun
- Ada anggota keluarga yang mengalami kanker bilateral (kanker di kedua payudara)
3. Memiliki riwayat kanker atau gangguan pada payudara
Buat orang yang udah pernah kena kanker, wajib lebih waspada dengan kanker payudara. Pasalnya, sel kanker kan bisa menyebar ke mana-mana. Bukan tidak mungkin, payudara jadi tempat bercokol selanjutnya.
Nah, kalau pernah ada gangguan di payudara juga wajib berhati-hati, nih. Ini berkaitan sama gejala-gejala kanker payudara. Nanti tak jelasin sampai habis. Oke apa sip?
4. Menstruasi di usia dini
Ternyata, perempuan yang mulai mestruasi sebelum usia 12 tahun berisiko terkena kanker payudara. Lho, kok bisa?
Siklus menstruasi pertama gadis biasanya terjadi saat memasuki masa pubertas, yaitu usia 12 tahun atau 2-3 tahun setelah payudara mulai tumbuh. Sejak saat itulah, wanita mengalami fluktuasi hormon setiap bulannya, yang kadang bikin pusing kalau PMS mulai kambuh.
Hormon yang mengalami gejolak naik turun pada periode mentruasi sebetulnya ada empat, tapi yang kita soroti di sini hormon estrogen aja. Soalnya, menurut beberapa studi, payudara yang terpapar hormon estrogen dalam waktu panjang (kalau haid mulai duluan, berarti lebih lama kena hormon estrogen dibanding orang lain, ya), meningkatkan risiko kanker payudara. Begitu pula dengan wanita yang memiliki kadar hormon estrogen melebihi batas wajarnya.
5. Telat menopause
Masih sejalan dengan poin sebelumnya, wanita yang masih mengalami siklus haid setelah usia 55 tahun punya risiko lebih tinggi terkena kanker payudara. Alasannya serupa, karena payudara lebih lama terpapar dengan hormon estrogen. Hal ini juga berarti wanita tersebut memiliki kadar hormon estrogen yang lebih tinggi dibanding wanita yang seusia.
6. Belum pernah hamil atau hamil pertama di usia 30 tahun ke atas
Buat wanita yang belum pernah hamil, hamil pertama di usia 30 tahun ke atas, atau tidak menyusui, ternyata ada bahaya kanker payudara yang mengintai. Sebab, hormon estrogen yang diproduksi tubuh terus menerus digunakan untuk payudara. Sedangkan ketika hamil, hormon estrogen digunakan untuk perkembangan janin di dalam rahim dan payudara "istirahat" dari paparan hormon estrogen.
Temuan dari American Institute for Cancer Research (AICR) dan World Cancer Research Fund (WCRF) pada tahun 2017 menunjukkan bahwa aktivitas menyusui dapat mengurangi paparan seumur hidup dari hormon estrogen yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Wah, ternyata menyusui punya segudang manfaat ya. Bukan cuma buat bayinya, tapi buat ibunya juga!
7. Berusia di atas 40 tahun
Nah, buat bunda-bunda yang usianya sudah di atas 40 tahun, ada baiknya mulai memeriksakan kesehatan payudaranya. Soalnya, di atas usia 40 tahun memang lebih berisiko terkena kanker payudara. Cek kesehatannya cem mana? Tenaang, akan dijelaskan di bawah, ya!
8. Terapi pasca menopause dan menggunakan KB hormonal
Masih berhubungan dengan paparan hormon estrogen yang terlalu lama dan banyak ke payudara, wanita yang melakukan terapi hormon pasca menopause dan menggunakan KB hormonal lebih berisiko terkena kanker payudara. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter antara manfaat dan kekurangan dari terapi hormonal ini, ya.
9. Gaya hidup tidak sehat
Dari semua faktor risiko kanker payudara, sebenernya faktor ini yang punya pengaruh paling besar. Orang yang merokok, minum minuman beralkohol, terbiasa mengonsumsi junk food, tidak berolahraga, dan obesitas punya kecenderungan terkena penyakit apa aja, termasuk kanker payudara. Makanya, pola hidup sehat adalah koentji pencegahan berbagai penyakit.
10. Terpapar radiasi dan mutasi gen
Udah bukan rahasia lagi ya, orang yang bekerja di tempat dengan radiasi tinggi berisiko terkena kanker jenis apapun, termasuk kanker payudara. Pasalnya, radiasi dari gelombang yang cukup panjang punya energi besar yang bisa merusak DNA sehingga terjadi mutasi gen yang bisa menyebabkan sel menjadi sel kanker.
Mutasi gen sendiri tidak melulu disebabkan oleh paparan radiasi. Bisa juga karena dipicu oleh makanan karsinogenik. Balik lagi, gaya hidup sehat memang paling baik untuk menjaga diri dari kanker payudara.
Gejala Kanker Payudara dan Deteksi Dini dengan SADARI
Deg-degan gak, nih buat tau gejalanya? Duh, jangan-jangan.... Tenang, gak perlu panik. Justru dengan kita tau gejalanya sejak awal, pengobatan bisa dilakukan lebih cepat. Dengan begitu, kanker tidak sampai menyebar luas dan berpeluang besar sembuh total.
Gejala kanker payudara itu kek mana?
- Ada benjolan keras pada payudara dan ketiak
- Perubahan pada permukaan kulit payudara seperti berkerut atau terdapat cekungan
- Terjadi perubahan bentuk atau ukuran payudara, terutama ketika mengangkat payudara atau menggerakkan tangan
- Keluar cairan dari payudara selain ASI
- Keluar darah dari puting
- Ada bagian puting yang memerah dan lembab, dan tidak kunjung berubah seperti semula
- Perubahan bentuk puting, seperti melesak ke dalam
- Ruam di sekitar puting
- Terasa sakit atau tidak nyaman pada payudara secara terus menerus
Deteksi dini dengan SADARI
Naah, setelah tau gejalanya, sekarang saatnya kita coba lakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Cara ngecek ini mudah dan emang harus rutin dilakukan untuk mendeteksi adanya kanker payudara sedini mungkin. Waktu terbaik buat ngecek adalah beberapa hari setelah menstruasi. Soalnya, saat menstruasi, payudara mungkin jadi lebih kencang akibat hormon yang berfluktuasi.
Pertama, pemeriksaan di depan cermin. Caranya dengan berdiri di depan cermin tanpa menggunakan pakaian apapun bagian pinggang ke atas. Lalu kita perhatikan bentuk dan ukuran payudara, permukaan kulit, dan bentuk puting. Kebanyakan wanita memang memiliki ukuran payudara yang tidak sama antara kiri dan kanan, jadi tidak perlu khawatir.
Selain melihat karakteristik fisik payudara, kita juga perlu memeriksa apakah ada cairan yang keluar dari puting. Tentunya bukan untuk teteh-teteh dan mbak-mbak yang lagi menyususi. Caranya juga mudah, hampir mirip dengan ekspresi ASI: dengan menggunakan jempol dan jari telunjuk, kita tekan perlahan area di sekitar puting.
Kedua, pemeriksaan saat mandi. Caranya dengan melumuri tangan dan badan dengan sabun. Lalu kita telusuri bagian demi bagian payudara untuk mengecek adanya benjolan. Kalau ada sabun kan jadi lebih licin, jadi memudahkan pergerakan tangan.
Terakhir, pemeriksaan sambil berbaring. Caranya dengan berbaring di tempat yang nyaman (Jangan di jalan berbatu, ya! Sakit punggung nanti wkwk) lalu kita taroh gulungan handuk atau bantal kecil di bawah pundak. Kita oleskan losion atau minyak ke tangan dan payudara. Kita pijat secara lembut searah jarum jam mulai dari dasar payudara hingga ke puting. Kita cek semua permukaan apakah ada benjolan.
Habis melakukan SADARI, kok kayaknya ada benjolan, nih? Hmm, gimana ini? Selanjutnya, kita perlu konsul sama yang ahli, yaitu dokter, bukan dukun loh, Uni!
Pusat Pelayanan Kanker
Saat ini, sudah banyak rumah sakit maupun cancer center di Indonesia. Setiap dari mereka hadir untuk mendampingi setiap orang mulai dari skrining, diagnostik, perawatan, bahkan hingga post care. Biasanya, di setiap pusat pelayanan kanker juga menyediakan radioterapi, kemoterapi, dan pembedahan yang lengkap.
Skrining dan diagnostik
Pertama, dimulai dengan pemeriksaan klinis. Dateng lah kita ke dokter buat mengeluhkan adanya benjolan atau perubahan kulit yang gak normal gitu, Sis.
Selanjutnya, dokter akan menyarankan mamografi. Mirip kayak rontgen, sinar-X ditembakkan ke payudara lalu didapatkan citra mammogram yang memperlihatkan jaringan di payudara. Kalau memang ada calon kanker, nanti bakal nampak noda putih dalam citranya.
Ketiga, dokter mungkin menyarankan pemeriksaan lanjutan dengan ultrasound. Ini digunakan untuk melihat lebih detail noda putih diduga kanker yang tampak pada mammogram. Bisa juga buat mendeteksi kelainan yang gak keliatan di mammogram. Dengan ultrasound ini, bisa dibedakan apakah benjolan dalam payudara berupa masa padat (mungkin kanker) atau kista cairan (bukan kanker).
Terakhir, bisa jadi dilakukan pemindaian dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging). MRI memberikan pandangan yang lebih baik dari mammografi maupun ultrasound. Hal ini berguna terutama bagi wanita usia muda yang jaringan payudaranya lebih padat.
Untuk memastikan apakah benar benjolan itu kanker, langkah selanjutnya adalah dilakukannya biopsi. Intinya sih mengambil sel atau selembar jaringan untuk dilihat di bawah mikroskop.
Nah, buat bunda-bunda yang usianya udah 40 tahun ke atas, tidak perlu menunggu adanya gejala kanker payudara untuk melakukan skrining. Yup, bunda-bunda sebaiknya melakukan mammografi sekali dalam kurun waktu satu atau dua tahun, ya. Supaya lebih cepat mendeteksi kalau-kalau ada kanker yang belum menunjukkan gejala yang nampak.
Pengobatan dan perawatan
Kalau memang sudah terbukti adanya kanker di dalam payudara, dokter bakal ngasih tau derajat keparahannya yang biasa disebut dengan stadium. Terus bakal dikasih opsi pengobatan apa yang harus dilakukan.
1. Operasi
Operasi bisa dalam dua bentuk: mengambil sel kanker dan sebagian jaringan payudara atau mengangkat keseluruhan organ payudara, yang dikenal dengan istilah mastektomi.
2. Rehabilitasi pasca operasi
Rehabilitasi fisik yang perlu dilakukan adalah latihan bahu, menggunakan pelindung lengan untuk mencegah lymphoedema (pembengkakan lengan karena adanya tekanan pada pembuluh getah bening), serta melakukan adaptasi gaya hidup untuk mempercepat pemulihan.
Rehabilitasi mental melibatkan dukungan dari keluarga, teman dan kelompok pendukung, keyakinan pribadi untuk sembuh total, serta menghadiri ulasan dokter secara teratur.
3. Radioterapi
Pembunuhan sel kanker bisa dilakukan dengan menembakkan sinar berenergi tinggi ke area payudarara. Hal ini dilakukan setelah operasi pengangkatan sebagian jaringan payudara untuk memastikan tidak ada sel kanker yang tersisa.
4. Terapi sistemik
Terapi lainnya yang mungkin perlu dijalani antara lain terapi hormonal dan kemoterapi.
Pencegahan Kanker Payudara
Pasti ini bagian paling ditunggu-tunggu, kan? Kalau liat dari faktor risiko, udah bisa ditebak hal apa aja yang termasuk pencegahan?
1. Gaya hidup sehat
Dah lah, ini mah mutlak. Semua penyakit juga ga bakalan mampir kalau badan sehat, ya Kak.
Pola hidup sehat itu kayak gimana? Gampang aja!
- Makan sehat: intinya makan sayur buah dan masak sendiri (yah, kan yang junk food, karsinogenik cem daging bakar, dan berbahan aditif pasti beli siap saji dari luar)
- Olahraga: ringan aja, yang penting keringetan, hepi, dan rutin
- Cukup istirahat: gak kurang, tapi jangan kebanyakan juga
- Hidup di lingkungan yang sehat, sanitasi bersih, bebas radiasi dan logam berbahaya
2. Menghindari faktor risiko lainnya
Memang beberapa faktor gak bisa dihindari ya, kayak riwayat keluarga dengan kanker. Tapi kita bisa menghindari penggunaan terapi hormonal (untuk KB atau pasca menopause) jika memungkinkan. Kita juga bisa mengusahakan tidak menunda kehamilan dan tetap menyusui bayi yang dilahirkan.
Balik lagi, semua ini kita lakukan sebagai ikhtiar, ya. Kalau memang tetap takdir berkata lain, tetap semangat dan jalani pengobatan dengan baik sesuai saran dokter.
Bay de wey, bulan Oktober ini adalah bulan ewernes, alias kesadaran kanker payudara sedunia. Yuk, kita gaungkan informasi tentang kanker payudara buat semua wanita Indonesia. Supaya kita bisa mencegah, mendeteksi dini atau berobat secepatnya.
Referensi:
https://www.alodokter.com/penyakit-kanker
https://www.ngopibareng.id/read/4-jenis-kanker-payudara-yang-harus-diketahui-1499196
https://www.alodokter.com/kanker-payudara
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/view/219/214
http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/kanker-payudara-apakah-menurun
https://www.halodoc.com/kesehatan/kanker-payudara
https://www.alodokter.com/menstruasi
https://www.halodoc.com/artikel/3-langkah-deteksi-dini-kanker-payudara
https://ahcc.co.id/cancer/kanker-payudara
Lengkap sekali Mom, jdi paham betul utk lebih aware lgi masalah kanker payudara ini
BalasHapusInformasi yang penting tapi sedikit takut dengernya,,,
BalasHapusMudah mudahan kita semua terutama kaum hawa terhindar dr penyakit ini...
Ternyata laki laki juga punya potensi yah ..?
Rupanya si cancer ini si anak yang binal.
BalasHapuskeren analoginya mba ! aku jadi aware.
Bagus mbak, lengkap. Bahasanya mudah dicerna oleh awam. Berapa kata tuh mbak? Kayak kepanjangan ya? Tapi secara materi udah bagus banget. Mudah2an juara satu
BalasHapusWuaaa lengkap banget Mom artikelnya, membantu banget buat yang awam macam aku, cuma tau dari "denger-denger" aja, makasih sharingnya Mom Ilma :D
BalasHapusDuh, kalau denger penyakit ini tu rasanya takut banget :(
BalasHapuskadang aku sendiri takut periksa kalau ntar hasilnya ada penyakit kanker ini.. Semoga kita selalu diberi kesehatan dan dijauhkan dari penyakit ini :)
Mbakkkk aku baca sambil bayangin mbak ilma lagi ngomong depan kami hehehee...
BalasHapusTerus si pemberontak ini harus di apain? Hehehe
Oke, aku membaca sampai tuntas dengan teliti. Satu hal yg aku perlu garis bawahi. Gaya hidup sehat duh ini emang godaan banget kan di zaman serba instan gini.
Astagfirulloh.
Bibiku bebrapa bulan lalu meninggal karena kanker payudara ini . Menyimak ternyata ada faktor keturunan juga tampaknya ini perlu disampaikan ke pihak kluarga ya biar lebih waspada
Artikel yang sangat bermanfaat buat semua utamanya para wanita. Semoga dijaga dan dijauhkan dari ini.
BalasHapusBunda pernah menghadiri seminar tentang kanker payudara, dan ketika itu kaget juga dengan jenis-jenis dan cara pertumbuhannya. Diajarkan juga cara mendeteksinya. Begitupun, ketika sahabat di diagnosis kanker payudara, tetap syok. semoga kita di jauhkan dan selalu terjaga kesehatan 🙏
BalasHapusWah.. Makasih mba lengkap sekali, mengutip dari banyak referensi lagi ya, keren mba keren..
BalasHapusKalau aku, referensi banyak tuh pas zaman skripsi ajh sih wkwkw
Harus lebih aware nih untuk para ibu dan remaja putri. Makasih mbak artikelnya komplit.
BalasHapusNa'udzubillah jangan kena ini plis, ngeri banget ya mba :( semoga sehat selalu semuanya aamiin. Inget dulu jaman SD SMP ada tim luar sekolah yang buka health talk di sekolah, ngomongin ni juga. Tapi baca baca ini tetep ngeri :'(
BalasHapuswah informasinya super komplit punya nih. Terimakasih ya mba, sbg wanita kudu ekstra hati-hati menjaga kesehatan diri.Usaha preventif lebih baik ketimbang mengobati kan.
BalasHapus