Ilma Hidayati Purnomo

Beginilah Rasanya Ketika Gadget Disita

Kalau ditanya, barang apa yang paling penting buat hidup kita, yang amit-amit jangan sampai hilang, teman-teman mau jawab apa? Kebanyakan bakal jawab gadget, ya. Atau lebih spesifiknya smartphone.

Hal pertama yang dipegang setelah bangun tidur di pagi hari, pasti smartphone. Hal pertama yang dicari kalau lagi bosen, smartphone juga, pasti. 

Kira-kira seperti itu lah gambaran betapa kita memiliki rasa ketergantungan terhadap smartphone. Lalu, gimana rasanya kalau benda penting itu disita? 

Beginilah rasanya kalau gadget disita

Saya sendiri pernah mengalaminya dua kali. Yang pertama, disita oleh dosen. Beliau melarang siswanya menggunakan smartphone ketika beliau mengajar di kelas. Suatu ketika, saya lupa. Masih sempat-sempatnya membalas pesan pacar di saat dosen sudah berada di depan kelas. Tak segan beliau menghampiri saya dan mengambil smartphone saya. 

Untuk mengambil kembali smartphone yang disita, saya harus menjalani hukuman. Menulis tulisan "Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan ini" di buku tulis 100 halaman di setiap barisnya. Sudah malu dengan teman sekelas, saya diperbudak juga oleh hukuman yang tidak mendidik. 

Yang kedua disita oleh suami. Saat itu, anak pertama kami berusia 15 bulan. Sedang aktif sekali dan sulit tidur malam. Suami saya gerah, melihat ibu dari anaknya malah sibuk main smartphone ketimbang menemani anak bermain dan mencari solusi atas insomnia anaknya. Suami pun mengambil smartphone saya dan beliau hapus aplikasi medsos dan messaging milik saya. 

Jadi, rasanya gimana? Sangat tidak enak. Seperti ada yang hilang dalam hidup saya. Memangnya apa saja yang hilang sejak smartphone disita?

Cari informasi gadget di carisinyal.com

1. Kesempatan silaturahmi dan membangun koneksi 

Katanya, smartphone mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Sedikit banyak saya setuju. Memang silaturahmi tidak mesti menggunakan media sosial, tapi rasanya berbincang lebih mudah dilakukan lewat media ini. Saya tidak perlu keluar rumah dan berdandan untuk sekedar bertemu dengan teman atau saudara. 

Sebagai seorang bloger dan pembelajar, saya juga perlu membangun koneksi. Saya bergabung dengan beberapa komunitas bloger dan hobi. Tentu saja tidak ada cara lain untuk berkomunikasi dengan mereka selain menggunakan surel atau aplikasi untuk berkirim pesan. Saya rasa, saat ini, tidak ada cara lain yang lebih mudah untuk berkomunikasi dengan orang yang belum pernah dikenal sebelumnya selain dengan media di smartphone. 

2. Kesempatan untuk produktif di waktu luang

Sebagai seorang ibu dari dua balita, rasanya sulit sekali untuk untuk mengerjakan hal produktif dengan komputer jinjing. Masalahnya, waktu tidur mereka dengan saya hampir sama. Begitu saya bangun dari tidur, mereka juga melek. Ketika mereka terjaga, mereka tidak akan rela melihat ibu mereka menggunakan laptop.

Ada saja yang mereka lakukan supaya saya tidak menggunakan laptop. Mulai dari merengek, hingga melakukan hal yang menjengkelkan untuk mencari perhatian saya. Anehnya, ketika saya malah tidak sengaja tertidur, mereka malah asyik bermain dan tidak merajuk sama sekali.

Saya tidak terbiasa begadang di malam hari untuk bekerja. Badan saya terasa mudah lelah ketika tidak tidur di malam hari. Rasa kantuk di siang hari menjadi lebih parah. Hal ini membuat saya lebih sulit fokus di siang hari dan lebih emosional. Tentu ini bukanlah hal yang baik bagi hubungan saya dengan anak dan suami. 

Oleh sebab itu, saya memilih bekerja lewat smartphone. Pasalnya, anak-anak saya masih bisa terima ketika ibunya menggunakan smartphone saat menemani mereka bermain. Saya pun jadi punya waktu untuk membuat artikel di blog di sela-sela waktu. 

Dengan smartphone pun saya bisa membuat konten maupun menyusun jadwal. Cukup dengan menggunakan Google Calendar, saya bisa membuat rancangan artikel apa yang akan tayang dalam satu bulan dengan deadline yang saya tentukan sendiri. Saya juga bisa membuat desain infografis dengan menggunakan aplikasi Canva di smartphone. 

Saya bahkan bisa mencari job dengan smartphone. Dengan menggunakan aplikasi influencer marketing network, seperti Intellifluence atau Sosiago, saya bisa mengirimkan aplikasi untuk mengikuti campaign. Dilanjutkan dengan pitching lalu mengirimkan hasil kerja saya. Saya pun dibayar dengan mudah melalui aplikasi online payment system, seperti Paypal

Lagi-lagi, semua itu memang bisa dilakukan menggunakan komputer jinjing. Tapi, smartphone memberikan fleksibilitas yang lebih baik bagi ibu rumah tangga seperti saya untuk bekerja secara daring.

3. Kesempatan untuk mengabadikan momen bersama anak

Saya ingat, ibu saya sering memerlihatkan album foto masa kecil saya. Sambil mengenang momen-momen di mana saya masih begitu lucu, beliau tampak antusias bercerita berbagai kejadian sewaktu saya kecil. Barangkali hal seperti inilah yang juga ingin saya lakukan di masa depan dengan anak-anak saya, tapi bukan dalam bentuk album foto. 

Nah, dengan smartphone Huawei Mate 20 Pro yang suami saya hadiahkan kepada saya, saya ingin memanfaatkan fitur kameranya untuk mengabadikan momen bersama anak. Pasalnya, kamera smartphone ini luar biasa. Terdiri dari tiga kamera berbeda dan satu flash dalam bentuk persegi, saya bisa mengambil foto dengan resolusi hinga 40-megapixel. Tentu foto yang dihasikan memiliki kualitas yang menakjubkan. 

Selain dalam bentuk foto, saya juga ingin menyimpan kenangan bersama anak-anak saya dalam bentuk video. Dengan smartphone ini, saya bisa membuat video dengan resolusi 4k. Tak jarang, saya merekam keseruan yang dilakukan ketika mereka bermain bersama. Video yang dihasilkan begitu jernih dengan suara yang jelas. 

4. Kesempatan untuk mengusir rasa jenuh

Dengan smartphone, saya bisa melakukan beberapa hal yang dapat menghibur diri saya. Misalnya, main game atau menonton video di YouTube. Alasannya, karena saya adalah stay at home mom. Cukup jarang ada kesempatan bagi saya untuk pergi ke luar untuk sekedar mencari hiburan. Oleh karena itu, smartphone menyediakan hiburan yang mudah saya akses. 

Kurang lebih, beberapa hal itu lah yang saya rasa hilang dari diri saya ketika smartphone saya disita. Hal ini membuat kesedihan saya jelas beralasan. Meskipun ketika saya tidak bisa pegang smartphone, saya jadi punya lebih banyak waktu untuk refleksi diri. 

Nah, smartphone Huawei Mate 20 Pro yang saya punya sudah hampir berusia 3 tahun. Mungkin dalam 2 tahun ke depan, saya harus mulai mencari smartphone baru apabila smartphone ini mulai menunjukkan tanda-tanda sudah uzur. Saya punya rekomendasi situs untuk cari smartphone yaitu di Carisinyal.com. 

Mudahnya mencari info gadget di Carisinyal.com

Cari info smartphone di carisinyal.com

Situs ini memberikan banyak info dan berita terkini soal gadget beserta pernak-perniknya, seperti aksesori dan aplikasi. Tersedia juga berbagai tips and trick bermanfaat yang tidak melulu soal gadget, misalnya cara membuat CV yang menarik bagi HRD. 

Kenapa saya tertarik dengan situs carisinyal.com

Pertama, situs ini bukanlah  bagian dari jaringan media kemarin sore. Situs ini berada di bawah Bacaterus Digital Media yang sudah berusia 8 tahun. Bersama tiga media lainnya, situs Carisinyal menjadi si sulung yang sudah berkiprah memberikan info terkini soal gadget sejak tahun 2013.

Kedua, hampir semua gadget terbaru sudah tersedia artikel reviewnya. Dengan penyampaian gaya bahasa yang mudah dipahami bagi orang yang awam dengan istilah teknologi, artikel-artikel di sini cocok bagi kalangan manapun yang ingin mencari rekomendasi gadget terkini. 

Terakhir, saya menilai situs ini sangat rapi dan apik. Tidak terlalu banyak iklan dan tulisannya ramah di mata. Tidak berlebihan kalau saya bisa memberikan rating 4.9/5 untuk situs ini. 

Setelah membaca beberapa artikel di Carisinyal, saya mulai jatuh hati dengan beberapa gadget. Semoga saat nanti saya berhasil membelinya, saya tidak mengalami penyitaan gadget lagi. Saya berjanji akan lebih baik dalam memenej waktu supaya tidak ada yang dirugikan. Pasalnya, rasanya ketika gadget disita itu... Menderita! 

Ilma Purnomo (Mama Razin)
Ibu rumah tangga yang kadang belajar hal baru, menulis, memasak, atau ngajar anak. Saat ini tinggal di Seattle, Amerika Serikat.

Related Posts

Posting Komentar