Ilma Hidayati Purnomo

Bulan Maret yang Tidak Santai

Sebetulnya, bulan lalu aku udah mencoba memperingati diri sendiri, jangan sampai aku terlalu sibuk di bulan ini. Eeh, lah kok tambah parah wkwk

Terlalu Rajin Setor Tantangan MGN

Entah alasan impulsive macam apa yang menggelayuti pikiranku sampa-sampai ketika tema Tantangan Bulan Maret Mamah Gajah Ngeblog dikeluarkan, langsung ingin setor tulisan. Yah, mau gimana lagi, hadiahnya juga bikin semangat, dikasih voucher MAP senilai 500K! Meskipun awalnya aku gak tau apa itu MAP, tapi ternyata bisa dibeliin macem-macem di Indonesia, kayak sepatu, baju, makanan, dan mainan anak. Tertarik banget dong (sekalipun gak tau kapan bisa pakai vouchernya wkwk).

Walhasil, aku pun menulis berdasarkan ide yang pertama kali terlintas di otak. Aku menulis perjuanganku selama tahun 2020 dan apa yang aku lakukan. Menurut aku, meskipun banyak curhatnya, masih ada life hack, seperti temanya. Jadi, dengan percaya diri, aku setor di nomor urut dua pada tanggal 1 Maret 2023.

Tidak lama, admin MGN, teh Andina, mengingatkan peserta untuk membuat tulisan yang sedekat mungkin dengan tema. Aku berpikir keras, duh, kayaknya tulisanku masih kurang sesuai. Life hack di sini kan sesuatu yang mempermudah kehidupan, kayak next level dari sekedar bertahan. Life hack itu buah karya kreatifitas otak manusia yang membuat hal sehari-hari menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan semangat membara, aku menarik mundur setoranku.

Berhubung aku baru aja browsing soal storytelling (isu ini cukup hangat di kalangan blogger, biasanya jadi materi webinar), aku ingin coba mempraktikkan teorinya. Lahir lah tulisan life hack sepatu dan kompor. Untuk nyiapin materinya aja aku perlu buat reels supaya kebayang sama apa yang aku maksud wkwk. Tulisan itu aku setor tanggal 3 Maret 2023 dan sudah menduduki urutan bontot di 10 penyetor tercepat. Gak papa lah, biasanya aku nomor belasan.

Ikut Challenge One Day One Post

Sebagai anggota dari grup WA Cupuer Blogspedia, aku tahu lebih dulu informasi gelaran tahunan ini. Mulanya, tim pengurus membuka daftar donatur hadiah. Setelah itu, tidak ada kabar lagi hingga aku iseng cek websitenya sekitar tanggal 23 Februari. Wah, ternyata udah ada info lengkap cara mendaftar, tema tantangan, hingga hadiahnya, padahal di grup WA masih sepi-sepi aja.

Berhubung tahun kemarin adik aku sempat menunjukkan ketertarikan ke dunia blogging, segera lah aku infokan ke dia soal tantangan ini. Ternyata dia mau ikut (tahun sebelumnya dia langsung nolak ajakanku). Jadi ikut semangat dong, apalagi aku punya blog wordpress yang kosong melompong gak ada isinya padahal udah bayar domain dan hosting (sad). Lumayan banget kalau ikut challenge ini setidaknya bakal ada 15 artikel nantinya.

Aku pun mulai menulis sejak hari pertama, tanggal 2 Maret 2023. Ternyata, tidak mudah ngikutin challenge ini :') Saking ngebetnya pingin bisa setor tiap hari sesuai ketentuan, tidur malamku semakin tidak menentu. Suamiku tahu aku sering kebangun malam dan melakukan hal yang kurang memberi dampak buat keluargaku (cuma seneng buat diriku sendiri aja) sampai akhirnya dia melancarkan protes sampai 2 atau 3 kali dalam rentang 15 hari. I got into so much trouble.

Akhirnya aku coba rileksin. Gak sempet setor ya gak papa daripada aku tertekan dan orang di rumah juga gak nyaman. Soalnya, gara-gara aku kebangun malem dan ngerjain tulisan, paginya aku ngantuk, padahal aku punya tugas nemenin anak 2,5 tahun (yang mana dia bakal rewel kalau gak aku hibur). Jangan tanya soal kualitas tulisan deh, yang penting sesuai tema, minimal 800 kata dan sempet posting di Instagram aja aku udah bersyukur banget.

Sampai akhir, ternyata aku bisa selesaikan tantangan ini plus panitia minta tambah satu tulisan penutup walaupun pernah satu kali aku rapel. Setidaknya aku puas, kini blog baruku udah ada 16 tulisan.

Ikut Kelas Bahasa Arab Online

Kelas ini udah aku ikutin sejak bulan lalu. Setiap pekannya ada dua tugas, tugas tertulis dan hapalan. Tugas hapalan bisa aku kerjain sambil ngasuh anak tapi tugas tulisnya butuh waktu panjang. Alhasil, minggu kemarin aku gak bisa setor tugas tepat waktu dan tadinya, aku udah bilang mau mundur aja. Lagipula ini kelas gratis, tapi kalau di drop out/mengundurkan diri wajib ngasih infak (bebas nominalnya) ke yayasannya.

Meskipun begitu, aku ngerasa gak enak sama musyrifah (orang yang menilai tugasku). Dia sabar nungguin aku setor tugas meskipun udah lewat batas waktunya. Masa aku udah dikasih kesempatan kayak gitu, malah mau mundur? Rasanya kayak gak menghargai orang lain meskipun di drop out/mengundurkan diri dari kelas ini adalah hal yang biasa. Di awal kelas ada 30 peserta. Setelah berjalan 8 minggu pembelajaran, tinggal tersisa 13 peserta. Tetep aja, aku ngerasa gak enak. Lagian ini udah hampir ujian. Jadi aku paksa-paksain setor tugas meskipun gak selesai.

Challenge Menulis Berbayar yang Agak Aneh

Sepertinya, sifat impulsive-ku masih belum sembuh, kawan-kawan. Yang lebih menyebalkan, aku terjebak di lubang yang sama. Benar-benar kena jebakan gara-gara promosi di grup yang sama. Masih ingat dengan kasus impulsive buying yang aku lakukan karena berada di grup penjual buku? Coba baca dulu tulisanku tentang buku yang tidak sesuai.

Di grup WA itu, adminnya membagikan info kelas 21 Hari Membangun Habit Menulis bersama Ust. Cahyadi Takariawan dan istrinya, Bu Ida. Karena namanya tidak asing (sebatas aku tahu beliau itu aktif menulis buku), aku jadi tertarik. Padahal sebenernya, aku belum pernah baca bukunya. Aku malah ngiranya, beliau itu penulis buku seperti Habiburrahman El-Shirazy. Aku pernah ikut webinar dengan penulis novel itu dan aku puas meskipun harus bayar Rp 30.000.

Nah, di flyer promosi kelas 21 HMHM ini disebutkan harga kelasnya Rp 49.000 saja dari aslinya Rp 249.000 dan hanya untuk 49 peserta. Woh, harus buru-buru dong ya. Aku akhirnya langsung menghubungi CP di flyer itu.

Ternyata, admin di grup WA penjual buku islami itu malah menyarankan dikoordinir sama dia untuk pendaftarannya. Ya udah, balasan dari CP di flyer aku anggurin, terus aku kirim data diri ke admin tersebut.

Beberapa hari kemudian aku diinvite ke kelasnya dan aku terkejut. Jadi, aku diundang ke kelas diskusi kecil yang isinya 49 peserta tapi ada embel-embel huruf C. Lho, berarti peserta totalnya gak cuma 49 orang, dong?

Betul aja, aku juga diundang ke grup diskusi besar yang isinya 144 peserta. Mulai janggal kan? Belum lagi, mentornya, Pak Cah dan istrinya, cuma ada di grup diskusi besar. Kan aku kira bakalan jadi kelas eksklusif gitu: 49 peserta dan mentor serta admin yang bantu. Kenapa jadi kelas besar gini? Katanya sih, karena antusiasme tinggi, jadi mereka menampung banyak peserta.

Oke, kelasnya dimulai tanggal 2 Maret 2023 dengan diadakan Zoom meeting bersama mentor. Lah, aku klik link invitationnya aja gak bisa dan banyak orang mengalami kendala yang sama. Ternyata, ada rekamannya di YouTube. Nonton lah aku dari sana. Ada sih materi tentang membangun habit menulis, tapi... diselingi juga dengan promosi program kelas menulis lainnya dengan harga yang fantastis.

Yup, ada kelas semacam camp, jadi peserta itu nginep di rumahnya Pak Cah, selama 2 hari dan digembleng menjadi penulis. Dapet materi dan kesempatan diskusi eksklusif sampai sebulan setelahnya. Harganya? Rp 3 juta rupiah.

Yes, peserta nginep di suatu tempat yang sudah disediakan termasuk makan, terus dapet kesempatan ngobrol langsung dengan mentor. Cuma dua hari. DUA HARI. Wah gila. Kalau orang udah terkenal gitu, beneran bisa jualan kelas dengan harga sesuka hati ya.

Ibaratnya, kita tuh dateng ke rumah seorang tokoh. Kita silaturahmi sambil belajar dari dia. Tapi bayarnya sampai 3 juta cuma untuk dua hari? Ya gimana ya... Kalau cuma belajar kan gak harus kayak gitu. Baca buku gratis juga bisa. Atau ikutan seminar yang rame-rame sama banyak orang (jadi gak perlu bayar mahal), kan juga bisa. Tapi, bagi aku, kalau aku bisa sampai jadi penulis terkenal, kok aku segan ya, mematok harga tinggi untuk ilmu yang aku bagi?

Kira-kira itu pandangan yang salah atau benar? Soalnya, aku juga perhatikan budaya ini berbeda antara Indonesia dan Amerika. Di Indonesia, harga kelas blogging untuk pemula, banyak yang murah. Gratis pun ada seperti Blogspedia Coaching yang aku ikuti tahun 2021 lalu. Tapi, di sini, harga kelas blogging minimal $300 (alias Rp 4.500.000).

Anehnya, bagi orang Indonesia, barang bekas bisa dijual. Bukan barang bekas elektronik ya, tapi kardus, botol, dan baju bekas. Lah, orang sini, kasur yang masih bagus aja ditaroh di luar apartemen dan bebas kita ambil. Kadang barang elektronik juga dikasih secara cuma-cuma, apalagi cuma baju bekas, kan?

Aku jadi berkesimpulan, kalau ilmu di Indonesia dihargai murah, tapi barang dihargai lebih mahal. Sedangkan di sini, ilmu dihargai mahal, tapi barang dihargai murah. Masuk akal sebenernya. Dengan ilmu blogging misalnya, ternyata bisa cari cuan kan. Lah kalau barang kan kualitasnya akan turun semakin banyak kita pakai. Sedangkan ilmu, semakin banyak kita pakai, semakin kaya.

Tapi tetep aja, aku masih gak rela kalau harus bayar Rp 3juta rupiah hanya untuk belajar tentang nulis selama 2 hari saja. Kelas blogging yang harganya $300 di sini itu menyediakan materi seumur hidup dan kelasnya gak cuma hitungan hari. Punya suppot group yang bagus juga. Jadi, masih cukup worth it.

Oke lanjut. Setelah pembukaan hari pertama, kelas 21 HMHM dimulai. Peserta diminta menyetor tulisan apapun jenisnya maupun temanya dan dihitung jumlah waktu dan katanya. Tulisan disetor ke grup dan japri admin. 5 hari pertama, admin masih membalas ketika aku setor tulisan. Selanjutnya, udah gak dibales (:

Lalu, di mana lagi peran mentor utama? Kadang beliau muncul di grup diskusi besar. Biasanya hanya menanggapi peserta yang sudah beliau kenal saja. Jadi, ousider dan remahan debu kayak aku mah jangan harep tulisannya bakal dikomentarin...

Nah, dalam 20an hari menulis ini ada challenge-nya juga. Ada 5 teman yang ditentukan tapi ya, sering telat dari jadwal gitu. Misal harusnya challenge tanggal 4 Maret, diundur jadi besoknya.

Yah, setidaknya ternyata, meskipun adminnya udah gak bales lagi kalau aku japri setoran tulisan harian, tetep ada rekapan mingguannya. Dari 50 peserta di grup kecil bareng aku, yang setor lengkap selama seminggu di minggu pertama cuma 7 orang. Wkwkwk. Aku sih setor lengkap, kan tinggal kasih link artikel blog yang aku setor buat 15 Days Blogspedia Challenge.

Di grup utama isinya paling orang-orang setor tulisan dan admin berbagi tulisan motivasi yang ditulis oleh mentor. Mentornya? Udah jarang muncul.

Update dong: hari terakhir challenge kan aku setor tulisan di grup besar (jarang-jarang) dan bahas soal fenomena di luar negeri. Selain dikomentarin oleh istri mentor, di japri juga. Kirain mau apa, ya, ternyata ujung-ujungnya mau ditawarin wakaf buku ke sekolah. Kukiran juga buku apa, ternyata buku yang tak sesuai itu. Jyah wkwkwk

Akhirnya, aku bela-belain setor tulisan lengkap sampai 21 hari karena denger-denger ada reward. Lah ternyata rewardnya bahan promosi juga. 10% atau 25% diskon buku. Juga voucher potongan Rp 100.000 buat ikutan kelas bimbingan intensif dua bulan jadi buku. 

Penasaran dong, harga kelasnya berapa. Ternyata jeng-jeng... harga aslinya 3,5 juta. Terus khusus ramadan jadi 2,9 juta. Terus khusus peserta kelas 21 HMHM jadi 1,7 juta. Udah keliatan anehnya kan kalau potongan harga bisa 50%. Ingat, semakin besar diskon, berarti mark up sebelum diskonnya udah sangat besar.

Udah lah, fix, kelas ini tuh sekalipun ada reward, cuma untuk membantu penjualan produknya aja... Lah aku udah 4 kali ikut antologi. Gak pernah dipungut biaya apapun kecuali beli bukunya. Beli bukunya berapa? Maksimal 100k. Duh, aku jadi geregetan pingin bisa bikin buku solo sendiri. Aku pingin buktiin, bisa kok bikin buku solo gak perlu kelas pendampingan harga juta-jutaan. Mending itu buat biaya nerbitin buku aja. Atau malah, bisa kok nerbitin buku tanpa biaya sama sekali!

Update: Aku kok sampai lupa ada kegiatan lagi. Sekarang ikutan juga event dari Kampung Ngulik, belajar ngedesain pakai canva. Ini seru-seruan, kok. Emang seneng sama event gratis ini. 

Oh ya, ada kegiatan yang tiba-tiba muncul. Jadi aku pernah submit cerita birth story buat antologi di sebuah akun instagram benama The Real Ummi. Ceritaku keterima tapi itu kejadiannya 4 tahun lalu wkwk. Mereka kasih update kalau masih nyari penerbit yang pas dan nunggu balesan penerbit. 

Tiba-tiba bulan ini semua proses itu berakhir dan tinggal launching. Para penulis yang tergabung dalam grup WA pingin ada launching offline dan online. Sejujurnya, aku gak ada niatan untuk aktif ambil peran karena toh buku ini diterbitin oleh Penerbit Quanta, salah satu anak Gramedia Group. Bukunya juga dijual di toko-toko Gramedia. Dan yang paling penting, aku gak pingin ada beban lagi heu

Hikmah Kesibukan Bulan Maret

Kesibukan itu semua ternyata memberi dampak buat kesehatan maupun hubunganku dengan suami dan anak. Aku sempat keracunan makanan. Waktu itu aku habis puasa (bayar hutang), terus aku makan telor goreng yang aku goreng sejak anakku sarapan. Mungkin karena udah dari pagi dan aku taroh bareng nasi, telornya udah otw basi. Ditambah, aku baru dapet kiriman sop pedas korea. Habis itu perutku sakit luar biasa dan jadi bolak balik kamar mandi.

Sekarang, aku harus bener-bener hati-hati soal informasi tawaran kelas menulis. Gak mau terjebak di lobang yang sama: ikutan kelas menulis murah yang ternyata topeng dari corong promosi kelas menulis berharga fantastis. Mending ikut yang gratis-gratis aja.

Aku juga harus memperhatikan ulang prioritas. Yang utama kan keluarga. Jangan sampai dengan alasan ingin mengembangkan diri malah jadi egois, hanya memperhatikan kebutuhan diri sendiri. Tak bisa dipungkiri ya, kalau udah berkeluarga, badan dan otak ini memang bukan hanya milik sendiri :')

Ilma Purnomo (Mama Razin)
Ibu rumah tangga yang kadang belajar hal baru, menulis, memasak, atau ngajar anak. Saat ini tinggal di Seattle, Amerika Serikat.

Related Posts

1 komentar

  1. Teh Ilma mengingatkan aku jaman ngeblog lagi masih menggebu2 banget, kena protes juga aku sama orang rumah haha. Akhirnya pacingnya aku pelanin deh. Semoga nanti ketemu ritmenya yang pas ya teh

    BalasHapus

Posting Komentar