Ilma Hidayati Purnomo

7 Tips Menulis Blog dengan Niche Lingkungan (Eco Blogger Squad)

Aduh, temanya susah nih, mana harus riset banyak artikel. Terus, memangnya ada yang mau baca tulisan kampanye tentang global warming? Eits, tenang dulu. Niche lingkungan mungkin tidak se-hype parenting, travelling, atau beauty, tapi dampaknya besar. Bumi kita sudah masuk status darurat karena kerusakan yang dibuat sendiri oleh manusia, padahal bumi satu-satunya tempat tinggal manusia. Kalau kerusakan bumi sudah sangat parah, pengetahuan mana yang mampu menyelamatkan kita? Tentang lingkungan atau travelling?

Tahun ini, aku bersyukur dapat kesempatan menjadi bagian dari Eco Blogger Squad, yang berarti aku akan mendapat paparan banyak ilmu tentang lingkungan. Tanggal 16 Maret 2023 sudah diselenggarakan pertemuan perdana terkait materi, yaitu berupa Capacity Building dengan tema How to Become A Specialist Blogger: Tip dan Trik Menulis Tema Lingkungan yang disampaikan oleh Mbak Widyanti Yuliandari. Beberapa poinnya penting untuk kita simak terutama untuk teman-teman yang mau menulis artikel bertema lingkungan.
Capacity Building Eco Blogger Squad
Memangnya Mbak Widyanti Yuliandari ini bloger seperti apa? Mungkin banyak orang mengenalnya sebagai Ketua Umum Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), penulis buku, dan juga trainer penulis (banyak yang sering ketemu Mbak Wid di kelas menulis, kan?). Namun, beliau juga pakarnya bloger lingkungan. Beliau tahu cara menyampaikan topik yang berat seperti ini menjadi bahasan yang mengalir dan mudah dicerna oleh pembaca serta mampu meramu tulisan menjadi menarik. Yuk kita simak, rahasianya gimana, ya?

Tema Lingkungan di Mata Blogger Lingkungan

Bagi Mbak Wid yang sudah menjalani karir sebagai penulis sejak tahun 2014, menulis tentang tema lingkungan di blog pada masa itu dianggap aneh. Pasalnya, saat itu belum terasa efek dari kerusakan lingkungan. Orang masih belum percaya dengan apa yang Mbak Wid tulis meskipun semuanya berdasarkan riset dari hasil penelitian para ahli. 

Nah, akhir-akhir ini kan cuaca semakin tidak menentu, seperti hujan yang terlalu lebat, akhirnya orang-orang mulai menyadari ada yang salah dengan lingkungan. Barulah timbul ketertarikan untuk baca-baca soal ini. Mbak Wid sendiri menyatakan kelegaannya dengan hadirnya Eco Blogger Squad yang memfasilitasi para bloger untuk menulis tentang lingkungan. Jadi, sekarang sudah tidak aneh lagi.

Kami, bloger, selain biasanya cuap-cuap di blog hanya sekedar curhat, sebetulnya kami mengemban tugas untuk meningkatkan kemampuan literasi di sekitar kami. Kami diharuskan membaca dan menulis topik yang bermanfaat dalam platform blog yang kami miliki. Di balik tulisan yang kami buat, ada harapan tersampaikannya pesan kami supaya kita sama-sama menjaga lingkungan. Barangkali, itulah salah satu langkah kecil pengabdian kami kepada bumi ini.

Mbak Wid menyebutkan kalau tema ini mungkin belum cukup mudah untuk dituliskan (yes, jadi tantangan sendiri juga buat bloger). Banyak kendala, misalnya di riset, cara membuat cerita yang menarik, atau sesederhana belum pernah nulis tentang ini. Nah, inilah tips menulis artikel untuk niche lingkungan dari Mbak Widya.

Tip dan Trik Menulis Blog Bertema Lingkungan

1. Membiasakan diri dengan topik lingkungan

Mungkin salah satu alasan mengapa tema lingkungan terasa sulit untuk dituliskan karena kita belum terbiasa. Kita belum banyak membaca atau belum menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap topik ini. Padahal, kalau belum terbiasa, bagaimana kita bisa memahami topik lingkungan dengan baik? Mustahil bisa menulis tentang lingkungan kalau topiknya saja kita belum paham. Satu-satunya cara supaya kita paham hanya dengan memaparkan diri kepada hal-hal berbau lingkungan, misalnya baca buku, dengerin podcast, nonton video, atau ikut diskusi tentang lingkungan.

Intinya kita ingin menguasai persoalan ini, setidaknya kita tahu permasalahan lingkungan dengan benar: tidak ada salah persepsi atau salah paham konsep dasar tentang lingkungan. Sebetulnya, kita sudah pernah dapat kok pelajaran tentang ini di sekolah menengah. Sesederhana konsep atmosfer, siklus air, dan reboisasi pasti sudah pernah kita ketahui (meskipun mungkin hanya kita ingat sampai waktu ujian saja, setelah itu dilupakan wkwk).

Kalau dibilang teorinya banyak, aku setuju. Pasalnya, lingkungan tempat kita tinggal tidak ada batasnya dan saling berkaitan. Orang mau belajar soal polusi udara saja, ternyata polusi udara juga mempengaruhi kualitas air. Jadi, mau tidak mau kita perlu belajar semuanya, tapi cukup dasarnya saja.

Cara mudah memahami tema lingkungan ala Mbak Wid:
1. Baca. Tidak ada jalan pintas. Cari referensinya di mana? Bisa ke website lembaga negara yang terkait lingkungan, situs NGO, atau cari situs dari luar negeri (misalnya lembaga pemerintah di luar negeri).
2. Buat bagan. Terutama kalau semua informasi terasa ruwet di otak. Kita tulis ulang dan buat bagan supaya terlihat hubungan sebab akibatnya.
3. Materi gambar, ilustrasi, atau infografis. Kita bisa cari materi edukasi anak-anak dari situs luar negeri.
4. Simak, dengarkan, diskusi. Bisa nonton video Youtube atau dengerin podcast.

Berikut ini ada beberapa isu lingkungan yang lagi hangat diambil dari kementrian lingkungan hidup dan kehutanan:
1. Kerusakan lahan
2. Kehilangan keanekaragaman hayati
3. Sampah laut
4. Pengelolaan air, mulai dari penurunan kualitas air dan ketersediaan air bersih
5. Keuangan berkelanjutan (cicular economy)
6. Perlindungan laut 
Capacity Building Eco Blogger Squad

2. Jadikan artikel terasa nyata

Caranya dengan menuliskan sesuatu yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Kita tuliskan apa masalahnya, penyebabnya, bagaimana dampaknya, serta apa solusinya. Contohnya, untuk beauty blogger atau fashion blogger bisa membuat artikel tentang mengenali komposisi skincare yang berpotensi mencemari lingkungan atau tentang dampak sampah kemasannya terhadap lingkungan. 

3. Sederhanakan artikel kita

Barangkali ini tips yang paling jitu, menurutku. Kalau kita ingin mudah menuliskan artikel tentang lingkungan dan ingin pembaca kita juga mudah untuk memahaminya, keep it simple. Kita gunakan kalimat yang sederhana, tidak terlalu panjang, bukan kalimat majemuk bertingkat-tingkat.

Tidak bisa dipungkiri kalau menulis artikel bertema lingkungan pasti bersinggungan dengan istilah-istilah teknis. Kita tetap bisa menggunakannya tapi usahakan jangan terlalu banyak.

Lalu kalau kita menjelaskan definisi atau teori, gunakan kalimat sendiri. Gak usah nulis menurut UU sekian pasal sekian, definisi bla bla adalah bla bla. Ini tuh tidak menarik wkwk. Mending pakai kalimat sendiri seakan-akan kita sedang cerita dengan pembaca. Again, ini tuh kekuatan storytelling. Ntar deh, aku bahas temuan hasil browsing mengenai hal ini.

4. Catchy Hook

Ini nih yang sering dilupakan oleh bloger, untuk menulis sesuatu yang mencolok dan menarik biar orang pingin baca sampai selesai. Biasanya, pembaca blog gak sabar, paling cuma penasaran aja. Nah, supaya pembaca mau stay, kita curi perhatiannya di menit-menit pertama. Caranya, dengan sentuhan emosi, rasa penasaran ingin tahu lebih lanjut, bisa juga gunakan angka yang fantastis, daaan hindari kalimat usang membosankan kayak: telah kita ketahui bahwa bla bla (kan udah tahu, ngapain diomongin lagi wkwk). Juga, hook ini sebaiknya tidak terlalu panjang, cukup 2 atau 3 kalimat.

Contohnya:
Hermina Mawa belum lupa saat polisi memborgol tangannya pada 4 Oktober 2021. Kala itu, ia dan sejumlah anggota masyarakat adat Desa Rendu Butowe, Nusa Tenggara Timur, sedang menghadang tim pengukur tanah di wilayah adat tanpa seizin mereka.
Sumber tulisan dari Tempo. Tulisan di atas bergaya feature. Bisa dibilang, itu kayak fiksinya non-fiksi. Atau contoh di bawah ini:
Indonesia berada di peringkat kedua daftar negara dengan ancaman kepunahan spesies satwa dan tanaman terbesar di dunia. Daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah menjadi sumber informasi penting di dunia mengenai status konservasi global spesies hewan, jamur, dan tumbuhan sejak 1964.
Sumber tulisan dari Tempo. Kita gunakan angka yang sederhana yang mudah dicerna otak, seperti kedua atau 1000. Hindari angka seperti 1594 penyu mati. Nanti kita bisa detailkan di dalam tulisan.

5. Buat judul yang powerful

Jangan ragu untuk menggunakan judul dengan diksi yang kuat tetapi harus relevan dengan isinya. Hindari membuat judul yang ambigu dan bertele-tele. Contohnya dari pemenang Eco Blogger Squad tahun kemarin, "Antara Ikan Asin, Garam, dan Perubahan Iklim" oleh Suria Riza. Bisa pakai angka, tapi sederhanakan dan jadikan eye catching. Nanti di isinya baru didetailkan.

6. Buat sub heading

Ini tuh fungsinya untuk memecah supaya pembaca tidak bosan juga pusing dan membantu pembaca fokus ke bagian-bagian pendek dari tulisan kita yang mungkin panjang. Kita perhatikan juga cara membuat sub heading yang benar, gak cuma di bold aja. Pakai format sub heading di dashboard, ya.

7. Visual

Siapa sih yang gak suka dengan visual yang menarik dan aesthetic? Ehe... Kita gunakan gambar, desain, atau foto yang bagus atau grafik yang menarik dan informatif. Hal ini memperkuat dan memperjelas teks (bukan cuma merangkum, ya). Juga menunjukkan sisi kreatif yang relevan dengan isi. Ingat, kita tetap perlu memperhatikan ukuran dan resolusi. Gambar dan infografis juga membantu me-refresh pembaca biar gak capek baca tulisan terus. 

Nah, ada tips meletakkan gambar dari Mbak Wid. Pertama, relevansi. Bagian mana yang perlu dikuatkan dengan gambar. Nah selanjutnya, kalau teksnya terlalu dominan, 5 paragraf gak ada gambar lagi, baru dikasih gambar yang relevan. Biasanya tiap dua atau tiga paragraf ada gambar. Atau kalau pakai versi mobile, 2 atau 3 kali scroll ada gambar.

Cara Menambah Pengunjung Blog

Ternyata pembahasan di Capacity Building kali ini tidak hanya sebatas tips menulis artikel bertema lingkungan. Mbak Wid melanjutkannya dengan materi untuk mendongkrak popularitas blog.

Jadi, gimana caranya mendorong traffic pengunjung lebih banyak ke blog? Pertama, menulis artikel yang luar biasa bagus. Pastikan, tulisan kita memang worth it untuk dibaca orang hingga membuat orang tersebut rela menghabiskan waktu sekian menit untuk baca artikel blog kita.

Kedua, melakukan optimasi sosial media. Tidak perlu semua sosmed, paling tidak ada dua yang cukup optimal karena kita perlu buat konten tersendiri di sosmed.

Terakhir, menerapkan SEO. Yah, emang inilah caranya untuk bisa mendapatkan traffic yang organik dan sustainable. Kita bisa pakai Ubersuggest atau Google Trends

Tanya Jawab yang Menarik

Gimana caranya mengemas tema lingkungan (yang dirasa berat) menjadi tulisan yang ringan sehingga pembaca betah? Menurut Mbak Wid, kekuatan blog itu kekuatan personal. Seperti apa bloger berkomunikasi, seperti itulah cara ngobrolnya. Jadi, seperti apa biasanya ngeblog, ya udah, semacam gitu aja. Gak usah diubah gaya bahasanya hanya gara-gara harus nulis tentang lingkungan. Sesuaikan saja dengan audiens blognya siapa.

Gimana caranya supaya tulisan kita gak terkesan menggurui atau "si paling peduli lingkungan"? Balik lagi ke gaya komunikasi kita. Kita gak diminta untuk nge-judge atau mengkritik kebiasaan atau pilihan orang lain. Kita cukup membuat tulisan yang bermuatan sharing tentang apa yang kita lakukan. Kita gak perlu memaksakan orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Ada yang tanya, suka kebablasan bikin hook sampai beberapa paragraf itu boleh gak, ya? Menurut Mbak Wid, kita bisa melihat respon pembaca terhadap blog kita dengan memantau Google Analytic. Berapa menit rata-rata pengunjung menghabiskan waktu di blog kita. Wah, ini ilmu baru sih. Biasanya aku gak paham fungsinya waktu kunjungan di GA itu buat apa wkwk.

Mbak Wid menegaskan kalau hook itu fungsi sebenarnya supaya pembaca betah. Kalau pembaca di blog kita memang betah dengan cerita panjang lebar, ya tidak masalah, karena karakter pembaca setiap blog kan beda-beda. Berarti salah satu caranya dengan memantau GA lagi.

Nah soal gimana sih caranya membuat tulisan yang easy to digest untuk topik lingkungan, Mbak Wid mengutip quote-nya Einstein.
Orang yang paling cerdas adalah ia yang bisa menyederhanakan hal rumit.
Jadi, membuat tulisan yang ringan dan mudah dicerna memang jadi PR sendiri. Kuncinya ada di pemahaman. Kalau kita sudah paham betul dengan masalahnya, kita bisa bahas dengan bahasa yang santai atau slenge'an.

Ada pertanyaan menarik lagi nih soal memosisikan diri kita sebagai bloger baiknya menjadi seorang environmentalis (pokoknya melarang segala hal yang merusak lingkungan, seperti kegaitan pertambangan) atau menjadi orang yang netral? Mbak Wid bilang kalau ini adalah pilihan personal yang punya konsekuensi masing-masing alias bebas saja mau memilih menjadi orang di sisi kiri, kanan, atau tengah.

Mbak Wid cerita, kalau pabrik yang kesannya suka merusak lingkungan, nyatanya punya protokol penjagaan lingkungan yang ketat. Misalnya, limbah yang dibuang ke lingkungan harus melalui proses tertentu. Bahkan sesimpel sampah bekas makanan pegawainya saja sudah dipilah. Berbeda dengan rumah tangga pada umumnya yang suka buang semua sampah tanpa proses dan pemilahan.

Namun, Mbak Wid berpesan kalau kita tidak boleh plin-plan. Satu ketika jadi environmentalis, di sisi lain jadi pendukung pergerakan ekonomi garis keras karena job. Ya memang, kita sedang dalam upaya menjemput rezeki, tapi menjadi orang yang teguh pada pendirian adalah value tersendiri bagi kita. Jangan sampai kehilangan jati diri gara-gara pekerjaan.

Lanjut, ada yang tanya soal berapa persen kita perlu memasukkan teori? Menurut Mbak Wid, tidak ada patokannya. Kita menulis artikel karena ada pesan yang ingin disampaikan. Angka atau teori itu kita masukkan sebagai pendukung untuk menguatkan pesan itu. Jadi, tidak perlu overwhelming.

Penutup

Pertemuan virtual ini enlightening sekali buatku. Ternyata menulis tema lingkungan yang biasanya dirasa berat, bisa dibuat mudah menurut pakarnya. Kita perlu belajar ATM (amati, tiru, modifikasi) saja. Semoga 7 tips menulis blog dengan niche lingkungan ini bermanfaat, ya!

Ilma Purnomo (Mama Razin)
Ibu rumah tangga yang kadang belajar hal baru, menulis, memasak, atau ngajar anak. Saat ini tinggal di Seattle, Amerika Serikat.

Related Posts

Posting Komentar