Hari kedua diawali dengan insiden-insiden yang merupakan akibat dari hal-hal yang terjadi pada hari pertama road trip kali ini. Apakah perjalanan kami akan mulus?
Insiden Hairdryer Konslet
Waktu hari pertama, karena hari sudah malam, kami ngotot nyetir dengan total waktu 5 jam tanpa menawarkan Zayn untuk pipis di toilet. Yah, namanya anak 2.5 tahun yang masih toilet training, pasti gak bakalan kuat disuruh nahan lama. Celana, baju, dan car seat-nya basah karena ompol.
Kenapa aku gak pakaikan pospak aja? Sudah lelah hayati! Sudah lebih dari satu bulan anakku diajarin pipis di toilet. Kalau aku pakaikan pospak lagi, gak konsisten namanya. Nanti harus ulang lagi ngajarin dari awal karena dia bakal punya mindset oh, gakpapa pipis gak di toilet. Lebih baik dia ngompol, tau konsekuensinya.
Sesampainya kami di hotel, baju dan celananya aku cuci. Aku jemur aja di gantungan handuk di kamar mandi. Car seat-nya? Ntar juga kering sendiri wkwk
Besok paginya, aku berniat ngeringin baju dan celananya pakai hairdryer dengan cara menyelipkannya di dalam baju lalu aku nyalakan dengan setingan high. Terus aku tinggal mandi.
Beres mandi, aku cek. Baju anakku beneran kering tapi kok puanas pol. Lah dalah, waktu aku perhatikan lagi hairdryer-nya, ternyata casing-nya sampai meleleh. Kepanasan!
Awalnya, alat itu masih berfungsi tapi karena aku takut jadi konslet ke mana-mana, aku matikan. Pas aku coba nyalain lagi, gak mau nyala :'(
Insiden Sakit Perut
Hari pertama kemarin, lebih dari 12 jam perutku kosong. Waktu pertama kali makan, yang masuk malah pastry, donat, dan pai dengan filling semacam custard rasa stroberi yang kecut gitu.
Besok paginya, waktu ambil sarapan gratis, aku ambil jus apel. Soalnya, gak ada air putih. Di kamar hotel kan gak disediain air putih. Air mineral botolan juga aku tinggal di mobil.
Lah dalah, gak lama habis minum jus apel itu perutku melilit parah banget. Aku sampai bersemayam di kamar mandi sampai setengah jam! Diare lah jadinya.
Sedih, deh. Makannya gak seberapa, malah isi perutnya keluar semua. Pagi itu juga aku nyetir dalam keadaan perut agak slemet-slemet (agak sakit ilang timbul gitu).
Ternyata, kejadian ini terulang lagi sekitar pertengahan Juli. Gara-garanya aku makan pai yang dikasih temenku. Dia beli dari supermarket juga. Isiannya agak beda, sih. Tapi efeknya sama aja!
Heran, deh. Kira-kira kenapa ya perutku gak cocok sama pai dari toko? Aku sih menduga karena ada banyak jenis gula di sana. Ada fruktosa dari isian buah yang dihancurkan. Ada sukrosa dari gula pasir. Bahkan ada gula tambahan sintetis seperti dekstrosa. Kayaknya perutku jadi teriritasi sama gula-gulaan itu.
Sulit Mengukur Pengeluaran Road Trip
Iya, susah! Soalnya, dikit-dikit ditraktir Mas Muhsin. Kan jadi nggak enak, tapi enak :p
Hari kedua perjalanan, Minggu 18 Juni 2023, kami berangkat jam 11 pagi. Sekitar satu jam perjalanan, kami sampai di jalanan yang membelah hutan lebat. Kanan dan kiri benar-benar hanya pepohonan yang terlihat rapat. Karena keliatan bagus, si bapak ngide lah.
Aku disuruh minggir. Otomatis Mas Muhsin yang sedari kemarin ngikutin terus dari belakang jadi ikutan minggirin mobil. Terus, pak suami ngeluarin drone. Dari atas, nge-shoot mobil kami, jalan, dan pepohonan. Cuma ya, aku masih kena komplain gara-gara kadang nyetirnya terlalu kenceng atau terlalu pelan. Gak pas sama kecepatan drone-nya wkwkwk. Harusnya 15 mph aja, katanya. Exactly harus 15 mph 😅
Nah, pas aku majuin mobil, sebetulnya pak suami nyuruh aku ngasih kode ke Mas Muhsin buat ngedeketin mobil kami. Biar masuk satu frame di kameranya drone. Lah taunya sinyal gerakan tangan aku dikira Mas Muhsin disuruh nyalip haha
Ya sudah, kami pun menikmati jalanan yang baik cuacanya maupun suasananya adem dan sejuk ini. Akhirnya, satu-satunya jalan di tengah hutan itu habis dan hanya mengarah ke satu tujuan, Kitch-Iti-Kipi.
Waktu mau masuk, di gerbangnya ternyata kami harus bayar buat parkir. Hal ini termasuk jarang, ya. Biasanya kalau mau masuk ke taman, masuk aja alias gratis. Nah, karena mobil Mas Muhsin di depan kami, ternyata buat biaya mobil parkir kami dibayarin juga :')
Bayarnya $11 per mobil untuk ... satu tahun! Haha, sok, bebas keluar masuk taman ini selama satu tahun selama stiker parkirnya masih menempel di kaca mobil.
Cute Name, Wonderful Scenery
Aku sampai berkali-kali ngebercandain nama tempat ini. Kitch-Iti-Kipi ... Kitch-Iti-Kipi ... Kitch-Iti-Kipi ... (dicepetin) Kitch-Iti-Kipi? Bahasa apa sih, ini? Wkwk
Berhubung yang riset dan rencanain trip ini pak suami, aku gak expect sama sekali soal apa yang bakal aku lihat. Lha wong dari tadi lihatnya pohon lebat aja. Turun dari mobil pun gak nampak, apa sih yang disuguhkan tempat ini?
Kami pun berjalan menyusuri tangga kayu dan jalan yang terbuat dari kayu. Lalu, dari balik pepohonan aku melihat sebuah danau yang MasyaAllah bening dan biru banget!
Di tengah air yang jernih itu, ada semacam saung (bangunan kecil di sawah yang terbuat dari kayu/bambu) terapung yang bisa kami naiki secara gratis Jadi kami bisa menikmati pemandangan di tengah danau dari atasnya. Setelah puas berfoto, kami pun segera mengantri untuk masuk ke saung terapung.
Saung terapung itu tidak dioperasikan secara otomatis. Penumpangnya harus mengkatrol sendiri. Geraknya pelaan sekali. Mungkin supaya tidak menimbulkan riak yang bisa merusak lingkungan di bawah air.
Anak-anak excited banget pas naik. Jadi bisa lihat ke bawah air juga dari dalam saung karena ada jendela kacanya. Cuma ya, namanya anak-anak kadang suka lari-lari padahal tempatnya sempit juga pingin panjat pinggirannya buat ngeliat ke bawah. Pengawasan orang tua sangat diperlukan di sini.
Kami menghabiskan waktu satu jam saja di Kitch-Iti-Kipi. Jam satu siang kami berangkat lagi. Kira-kira, akan pergi ke manakah kami? Tunggu kelanjutannya!
Baca tulisan selanjutnya untuk seri ini: Bagian 1, Bagian 3, dan Bagian akhir
Posting Komentar
Posting Komentar