Gimana Aku Terinfeksi?
Aku yakin 100% seseorang yang hadir di acara pengajian waktu itu sebetulnya sedang sakit. Selama satu minggu sebelum datang ke acara itu, praktis aku hampir tidak bertemu siapa-siapa.
Setiap datang ke kumpul-kumpul orang Indonesia pun aku tidak pernah menerapkan protokol covid sejak satu setengah tahun yang lalu. Semua orang sudah tidak melakukannya dan aku tidak mau jadi orang aneh.
Selama ini, seandainya ada yang sakit setelah bertemu banyak orang, hanya sakit flu biasa. Sudah sering kubawa anakku ke RS dengan keluhan batuk pilek. Diagnosanya selalu common cold setelah mendapat hasil negatif tes covid.
Jadi, siapa yang bakal menduga aku bakal kena covid? Belum lagi gejalanya berbeda dari apa yang aku pahami.
Gejala Covid yang Aku Alami Setiap Harinya
Hari Terinfeksi
Sabtu, 2 Desember 2023. Hari itu aku makan banyak sekali hingga pulang dalam keadaan sakit perut. Rasanya seperti perutku tidak muat lagi dimasukkan makanan, terasa tekanan dari dalam ke luar.
Hari Ke-0
Minggu, 3 Desember 2023. Sakit perut yang aku rasakan kian parah. Rasa sakitnya seperti melilit, maag kambuh, dan mual. Deskripsi yang paling tepat menurutku adalah sakit perut akibat salah makan atau keracunan.
Kepalaku juga mulai terasa nyut-nyutan. Praktis seharian itu aku cuma tidur tiduran. Berharap rasa sakit itu akan pergi dengan sendirinya.
Malamnya, aku merasa suhu badanku naik. Anehnya, ketika aku cek dengan termometer, suhunya normal, sekitar 36,7 derajat Celcius. Mungkin ini yang disebut meriang. Tidak demam secara faktual, tapi otak merepresentasikan badan sedang demam.
Kalau aku tanya suami, tangan dan dahiku memang terasa lebih panas. Termometer tidak setuju dengan suamiku.
Hari Ke-1
Senin, 4 Desember 2023. Sakit perut masih terasa parah. Nafsu makanku hilang. Sakit kepalaku justru naik tingkat. Kepalaku seperti ditusuk-tusuk jarum!
Setiap menuju sujud ketika shalat, mataku merem melek. Rasa sakit di kepala seperti di-amplify tiap kali posisi kepalaku berubah ketinggiannya.
Sayangnya, aku tetap memaksakan diri untuk mengantar anakku ke KJRI. Dalam perjalanan mengendarai mobil, aku mulai merasakan sedikit sakit pada otot kaki.
Malam hari aku masih merasa meriang. Anehnya, betul-betul hanya pada malam hari.
Hari Ke-2
Selasa, 5 Desember 2023. Sakit perutku mulai mereda. Termasuk rasa mualnya mulai hilang. Namun, itu bukan berarti nafsu makanku langsung kembali.
Tusuk-tusukan di kepala masih terasa. Giliran otot kaki yang terasa sakit. Rasanya itu seperti terlalu banyak tumpukan asam laktat di otot pasca olahraga cukup lama. Bukan keram, tapi pegal luar biasa.
Meriang di malam hari kini ditemani sakit otot kaki.
Hari Ke-3
Rabu, 6 Desember 2023. Sakit kepalaku mulai mereda tetap aku mulai mengalami gejala flu. Kepala pusing (terasa berputar), hidung berair, dan sakit tenggorokan.
Tiba-tiba saja suamiku bilang, sakit perut juga gejala Covid lho! Ia memintaku tes Covid.
Awalnya aku ragu. Belum lagi test kit di rumah sudah expired sejak Oktober 2023. Akhirnya aku menurut saja.
Saat menunggu hasilnya, aku terkejut melihat garis dua jelas! Konyolnya, waktu mau kutunjukkan hasilnya ke suami aku becanda, "A... Aku hamil! Eh bukan, positif Covid!"
Suami malah ketawa karena aku positif Covid. Aku coba tes anak-anakku, semuanya negatif. Fix, imanku imunku lagi cupu banget.
Malamnya, aku masih meriang tapi sakit otot kakiku mulai berkurang.
Hari Ke-4
Kamis, 7 Desember 2023. Pagi-pagi setelah mengantar anak sekolah, aku langsung pergi ke klinik. Aku bilang aja kalau ada gejala Covid dan mau tes. Bersyukur, langsung diarahkan ke bagian Fast Track. Jadi, aku bisa langsung ketemu dokter tanpa appointment dan antrian panjang.
Masalahnya, tadi aku pergi dari rumah gak bilang mau mampir ke klinik. Anxiety-ku udah membuatku panik, khawatir anak dan suamiku nyariin.
Sebenernya pelayanannya beneran cepet. Aku sampai di klinik jam 9. Daftar dan menunggu masuk ruangan sekitar 15 menit.
Lalu, ada perawat yang mencatat berat badan, suhu tubuh, tekanan darah, dll. Ia juga yang melakukan tes. Kerennya, ia tidak menggunakan sarung tangan!
Tes yang aku jalani ada dua: swab rapid Covid dan swab rapid step throat. Waktu swab Covid, perawat itu memasukkan cotton bud ke lubang hidungku dengan sopan. Gak terlalu dalam sampai hidung sakit.
Nah, gilirannya swab untuk step throat, rasanya gak enak. Pangkal mulutku deket tonsil dioles cotton bud. Rasanya sakit, pingin batuk, dan agak mual.
Setelah menunggu sekitar 20 menit yang rasanya seperti 20 tahun, dokter masuk ke ruangan. Dia hanya berdiri persis di pintu ruangan, berjarak 3 meter dari tempatku duduk.
Ia menjelaskan kalau hasil tes strep throat-ku juga positif jadi aku harus minum antibiotik. Ia juga berkata kalau semua informasi tentang Covid, isoman, dan strep throat ada di satu bundel kertas yang ia pegang.
Saat ia akan memberikan kertas itu kepadaku, ia tampak penuh kehati-hatian. Kertas itu seolah-olah akan dilemparkan ke dalam api yang besar. Haha. Aku tahu aku membawa penyakit super contagious.
Malamnya, aku sudah tidak meriang tetapi tenggorokanku kian sakit.
Hari Ke-5
Jumat, 8 Desember 2023. Hari ini sakit tenggorokanku mereda. Gantinya, batuk yang parah dan hidung tersumbat.
Sakit otot kaki sudah tidak terasa. Gantinya, sakit otot punggung belakang kiri. Entah dekat lambung atau jantung.
Malam hari kini tidak lagi dihiasi dengan meriang tetapi batuk terus menerus hingga sulit tidur.
Sebetulnya hari ini aku sudah bisa mengakhiri masa isoman yang official karena ini hari kelima sejak gejala muncul. Namun, sejujurnya aku tak pernah isolasi wkwk
Aku tetap mengantar anak ke sekolah, mengurus kebutuhan makan anak, memandikan anak, dan pergi ke grocery store. Satu-satunya yang berbeda, kini aku pakai masker tiap keluar rumah!
Hari Ke-6
Sabtu, 9 Desember 2023. Badan cenderung jauh lebih enak. Sedikit sakit kepala dan mual karena semalam susah tidur. Batuk pilek mereda. Tinggal sakit di bagian punggung kiri.
Ada satu gejala aneh hari ini: loss of taste. Anehnya lagi, hidung tidak mampet bahkan bisa mencium aroma. Seakan-akan saraf di hidung terputus dari saraf di lidah. Alhasil, aku merasa eneg saat makan.
Baru pertama kali ini aku mengalami loss of taste tidak disertai hidung mampet. Biasanya, hidung kehilangan kemampuan mencium aroma dulu, baru lidah tidak bisa mencicipi rasa makanan. Nah, ketika fungsi indera hidung sudah kembali, otomatis bisa merasakan makanan juga.
Aku harus makan yang bumbunya kuat, kayak masakan Indonesia, supaya lidah masih bisa mendeteksi rasanya. Itu pun kalau berkuah harus ditelan cepat biar masih ada rasanya. Jangan suruh aku makan masakan sini. Hambar! Nutella aja gak berasa.
Ini tuh sakit apa ngidam, sih?
Gejala yang Lebih Merepotkan
Selain gejala fisik, perubahan mood-ku sangat kentara. Bawaannya marah-marah terus, very irritable. Anak gak cepet gerak pas siap-siap berangkat sekolah, aku ngamuk.
Anak numpahin kuah, suaraku menggelegar. Suami nasihatin aku, rasanya pingin aku semprot balik. Kan aku lagi sakit, woy. Bisa gak sih dimaklumin dikit?
Rasanya juga males banget ngurusin anak-anak. Hati aku jadi disconnected dari mereka. Aku sampai khawatir perasaan seperti ini bisa berkembang ke arah depresi.
Selain mood yang berubah, aku juga jadi sangat haus perhatian. Sayangnya, aku gak berani bilang secara terang-terangan. Alhasil, ekspektasi menumpuk di dalam pikiranku sampai akhirnya meledak secara bersamaan.
Analisis Gejala Covid
Aku baru sadar kalau Covid ini virus yang menyerang seluruh bagian tubuh, berbeda dengan flu yang hanya menyerang sistem pernapasan. Ternyata, beberapa gejala "aneh" yang aku rasakan itu ada penjelasannya.
Sakit perut yang aku rasakan ternyata akibat virus Covid menyerang sel-sel di saluran pencernaan (Sumber: ada.com). Gejalanya berupa keram perut, mual, bisa muntah juga, dan diare.
Virus Covid juga menyebabkan peradangan sistemik yang bisa jadi memengaruhi keseimbangan kimiawi di otak sehingga berpengaruh terhadap mood. (Sumber: cuimc.columbia.edu). Di sini justru kondisi yang dijelaskan bisa mengarah ke depresi, kecemasan, dan halusinasi.
Satu lagi yang agak menggemaskan dan mengkhawatirkan, virus Covid juga secara temporer mengganggu siklus menstruasi. (Sumber: news.ohsu.edu). Kan aku jadi suudzon, ya, kalau telat haid sampai seminggu wkwk
Anak dan Suami Gimana?
Awalnya aku masih berharap anak dan suami tahan menghadapi aku virus yang aku bawa. Ternyata, pertahanan mereka jebol juga.
Minggu, 10 Desember 2023 ada kumpul-kumpul karaokean sama mahasiswa kampus di apartemen temen. Aku sendirian yang stay di rumah.
Taunya pas pulang, suami bilang sakit badan. Dia minta tes mandiri dan ternyata hasilnya ... positif. Duh, aku jadi gak enak sama temen-temen yang ketemu suami. Khawatir mereka ketularan juga.
Besoknya, Senin 11 Desember 2023, aku tes Razin, si sulung sebelum berangkat sekolah. Taunya positif juga. Jadilah dia aku tahan di rumah. Dia juga mengeluh sakit tenggorokan.
Kubawa kedua anak ke klinik yang sama. Sayang, kali ini antriannya panjang. Jadi kami menunggu di ruang tunggu sekitar 1,5 jam! Yah, sama kayak kalau di Indonesia kan, ya. Tidak ada janjian, jadilah menunggu lama.
Ternyata kedua anakku kena strep throat tapi ... Zayn, anak bungsuku yang usianya 3 tahun, gak kena covid! Gils, strong banget tuh anak, wkwk. Dia doang yang gak kena.
Jadi, seminggu ini kami semua diam di dalam rumah saja. Semoga minggu depan sudah membaik karena kami ... mau road trip ke Texas!
Posting Komentar
Posting Komentar