Ilma Hidayati Purnomo

Akankah Aku Pulang ke Indonesia di Hari Tua?

Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup mata

Pernah merasa merinding ketika dengar lagu di atas? Pertama kali aku merasakah keharuan luar biasa waktu tahun 2013. Saat itu aku lagi naik Garuda Indonesia menuju Australia bersama orang tua dan adikku. Kami hanya mengunjungi Australia selama seminggu. Anehnya, lagu itu bisa membuatku mendadak rindu, jauh dari Indonesia, dan ingin pulang.

Lima tahun sudah aku tinggal di Amerika Serikat tanpa punya kesempatan untuk pulang kampung. Jangan tanya bagaimana rasanya mendengar lagu itu dinyanyikan. Pasti dada langsung sesak karena berlinangan air mata (atau kadang nahan nangis karena malu diliat orang lain wkwk).

Lagu di atas seakan mengingatkanku: akankah aku menjadikan Indonesia sebagai tempat berlindung di hari tua hingga saatnya aku menutup mata untuk selamanya? Mumpung sekarang masih muda, aku coba memikirkan secara logis pertimbangan tempat terbaik yang bisa aku jadikan "rumah" di hari tua.

Kriteria Kota untuk Hari Tua

1. Biaya Hidup

Tumbuh besar di Kota Bandung lalu sempat tinggal di sebuah desa di Trenggalek selama dua tahun, aku jadi sadar kalau dua tempat berbeda di Pulau Jawa saja bisa punya standar biaya hidup yang sangat berbeda. Di Trenggalek, seporsi nasi lauk daging bisa dibeli dengan Rp 5.000 saja sedangkan di Bandung, beli nasi padang lauk daging pasti di atas Rp 20.000. Aku tidak akan membandingkan biaya hidup Indonesia dengan Amerika, ya. Terlalu jauh.

2. Akses ke Layanan Kesehatan

Soal kesehatan, sebetulnya aku punya sebuah prinsip. Betul jika orang tua cenderung rentan terkena penyakit. Namun, sedari dini aku berusaha sebaik mungkin menjaga kesehatan hingga tua nanti. Mulai dari banyak bergerak, berpikiran positif, sampai menjaga makanan. 

Aku pikir, dengan menjadi tua bukan berarti aku harus sakit-sakitan dan dikit-dikit ke rumah sakit. Itu mah namanya, muda nabung uang cuma buat bayarin rumah sakit pas tua. Menjadi tua dan tetap sehat bugar itu mungkin. Coba lihat saja mbah-mbah di desa yang usianya 70+ dan masih ke hutan atau ke pasar jalan kaki. Oh, aku bahkan kenal orang Indonesia berusia 80+ yang udah puluhan tahun tinggal di US yang masih masak besar buat mengadakan pengajian di rumahnya. Beliau seorang bapak-bapak pula. Bukan mantan koki wkwk.

Kesimpulannya, soal layanan kesehatan ini sebisa mungkin murah dan dekat kalau aku sangat membutuhkannya dalam keadaan darurat saja. Apakah Amerika punya layanan kesehatan yang baik? Kualitasnya mungkin lebih baik daripada di Indonesia tapi harganya sangat tidak masuk akal. Waktu aku melahirkan dulu, 3 hari menginap di rumah sakit menghasilkan tagihan sekitar $30.000. Syukurlah dulu aku masih eligible buat dapet asuransi dari pemerintah. Jadi aku gak perlu bayar apapun.

Kalau membandingkan antara harga, kualitas, dan kemudahan untuk mendapat layanan yang diinginkan, aku lebih pilih di Indonesia.

3. Iklim yang Nyaman

"Cuaca yang tidak terlalu ekstrem—baik terlalu panas maupun terlalu dingin—akan lebih nyaman bagi lansia. Kota dengan iklim sedang dan cuaca yang stabil sepanjang tahun bisa mengurangi risiko penyakit yang dipicu oleh kondisi cuaca."

Begitulah kata ChatGPT. Aku mau pengakuan dulu. Sepuluh kriteria dalam daftar ini emang dibuat oleh ChatGPT 😂 Tapi uraiannya aku ganti sendiri dan setelah aku baca lagi, Ihhh gak sesuai sama prinsip keluarga kami!

Iklim nyaman itu yang gimana coba? Di Indonesia kan sering panas terus-menerus, sebaliknya, atau malah habis panas tau-tau hujan! Belum lagi kalau angin puting beliung atau banjir gara-gara kelamaan hujan.

Buat aku, mau negara 4 musim kek, 2 musim kek, iklim tropis kek, sama aja. Pasti ada plus minusnya. Asalkan nggak tinggal di Kutub Utara aja.

4. Keamanan

Wajar lah, ya kalau udah tua ingin kehidupan yang tenang-tenang aja, gak perlu terlalu adventurous dengan tinggal di dekat kawasan neighborhood paling berbahaya di Chicago. Kalau ditanya lebih aman di Indonesia atau di Amerika, tergantung lokasi. Ini spesifik kotanya, ya. 

Dibanding Bandung, lebih aman di Bellevue (kota di sebelahnya Seattle). Di sini situasinya sangat kondusif. Gak ada penembakan, juga gak ada begal. Punya rumah di sini mah gak perlu dipagerin, beda dengan di Bandung. Namun, dibanding Bellevue, lebih aman di Trenggalek, terutama kalau tinggal di rumah mertua, karena tetangga-tetangga kan kenal semua.

5. Fasilitas Rekreasi dan Sosial

Kira-kira kalau sudah lanjut usia bakal perlu fasilitas rekreasi seperti apa, ya? Coba tuliskan di kolom komentar. Hmm, kalau aku pribadi sih, taman aja cukup. Kalaupun perlu taman bermain, itu mah namanya lagi momong cucu. Gak perlu amusement park juga karena palingan udah gak kuat naik roller coaster 😄

Bayanganku, kalau udah tua mending tinggal dekat masjid. Bisa rutin ikutan kajian. Suami juga bisa rutin solat berjamaah di masjid. Syukurnya, di tempat kami tinggal sekarang ada banyak masjid dan cukup dekat. Jadi, mau di Indonesia maupun di US sama saja.

6. Akses Transportasi yang Mudah

Kalau mau bahas detail transportasi umum di Indonesia maupun di US, bakal panjang. Intinya, baik di Indonesia maupun di US, akses transportasi umum tidak mudah dan nyaman, kecuali di Jakarta, mungkin ya. Di US juga transportasi umum tidak menjangkau semua lokasi di suatu kota, apalagi transportasi umum untuk antar kota. Bedanya, di sini, ada banyak pengemudi lanjut usia. Jadi, nggak ngerasa kecil hati kalau mau nyetir meskipun udah tua.

7. Komunitas yang Mendukung

Katanya kan, salah satu resep panjang umur adalah tinggal di lingkungan yang punya sense of community yang baik, supaya orang tua meraasa terlibat dan tidak terisolasi. Dalam bayanganku, adanya komunitas hobi dan masjid yang aktif saja sudah cukup. Mungkin buat beberapa orang, ada juga yang perlu tinggal di lingkungan dengan keakraban tinggi dengan tetangga. Berdasarkan pengalaman pribadi, sering terjadi clash. Maka dari itu, untuk poin ini aku tidak memilih lokasi di Indonesia maupun di US.

8. Ketersediaan Perawatan Lanjut Usia

Kata ChatGPT, penting untuk mempertimbangkan adanya panti jompo, layanan perawatan di rumah, atau fasilitas lain yang memberikan bantuan atau perawatan kepada lansia. Buatku itu penting juga daripada nanti ngerepotin anak. Aku belum cari tau perbedaan layanan seperti ini baik di Indonesia maupun di US.

9. Fasilitas Pendidikan atau Kegiatan Kultural

Kayaknya seru kalau ada universitas yang memperbolehkan lansia buat kuliah lagi. Dengar-dengar di US, semua orang, tanpa diskriminasi apapun, boleh kuliah. Cuma, biayanya mahal hehe.

Ketersediaan museum, galeri seni, atau teater di sini juga banyak dan dikelola dengan baik. Yah, lumayan buat tempat jalan-jalan daripada ngemol 😝

10. Kualitas Lingkungan dan Udara

Kalau soal ini, aku pilih tinggal di US. Tau sendiri kan di Pulau Jawa kualitas lingkungan dan udaranya kayak gimana. Belum lagi gara-gara macet yang menyebabkan kualitas udara jadi buruk. Kutaksanggup~~

Kesimpulan

Dari 10 poin, 3 poin untuk Indonesia, 3 poin untuk US, dan 4 poin bersifat netral. Hayoloh, jadi aku mending tinggal di mana hari tua nanti?

Tulisan ini disetorkan untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog.



Ilma Purnomo (Mama Razin)
Ibu rumah tangga yang kadang belajar hal baru, menulis, memasak, atau ngajar anak. Saat ini tinggal di Seattle, Amerika Serikat.
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar