Ilma Hidayati Purnomo

Game: Aku Dewasa dan Aku Remaja

๐ŸŽค: Selamat datang di acara "Adult Me and Teen Me"! Di studio sudah ada tamu spesial, yaitu Ilma Dewasa dan Ilma Remaja. Wah, kalian tampak sumringah meskipun bibirnya agak melenceng efek AI. Silakan perkenalkan diri kalian! 

๐Ÿงข: Halo! Saya Ilma Dewasa. Saat ini usia saya 30 tahun.

๐Ÿ‘ง: Hai. Aku Ilma Remaja. Usiaku sekarang 18 tahun. (Jangan protes, di gambar AI-nya emang masih bocah banget) 

๐ŸŽค: Oke! Kali ini tema kita adalah "Perubahan Hidup". Nanti host akan memberikan satu pertanyaan setiap babak. Host akan beri masing-masing kalian kesempatan untuk menjawab. Tidak ada salah dan benar. Kita akan menguak kisah hidup kalian dari dua perspektif. Tugas host adalah memberi pertanyaan dan menengahi kalian, kalau-kalau terjadi keributan. Sudah siap? 

๐Ÿงข๐Ÿ‘ง: Oke! 

Babak Pertama: Perubahan Hidup Terbesar

๐ŸŽค: Pertanyaannya, apa perubahan terbesar yang terjadi dalam hidup kalian? Silakan dimulai dari Ilma Remaja. 

๐Ÿ‘ง: Waktu itu yang kacau banget pas baru pindah rumah dari GBA ke Cijagra. 

๐ŸŽค: Boleh diceritakan detailnya gimana? 

๐Ÿ‘ง: Waktu itu aku naik ke kelas 2. Dari rumah GBA sampai SMA 3 tuh jauh banget. Kalau pagi aku harus berangkat naik ojek terus dua kali angkot. Awalnya tuh aku seneng pindah ke daerah Buah Batu, jadi lebih deket ke sekolah. Tapi, Papa makin gak pernah pulang ke rumah ๐Ÿ˜ข

๐ŸŽค: Boleh dijelaskan lebih lanjut maksudnya tidak pernah pulang ini gimana, ya? Supaya penonton tidak suudzon duluan

๐Ÿ‘ง: Papaku kerja di perusahaan teknik BUMN. Waktu itu, Papa diangkat jadi direksi anak perusahaan. Kerjaannya ngelobi. Harus pergi-pergi ke luar kota, ke luar negeri. Seminggu, dia paling cuma ada di rumah sehari. Itu pun malem! Aku udah gak pernah ngobrol lagi .... 

Aku kangen Papa yang dulu suka ajak ngobrol di teras rumah malem-malem sambil liat langit di GBA. Biarpun rumahnya kecil, tapi Papa lebih sering ada di rumah. Bisa ngobrol, bisa nonton tv bareng. Lah, begitu pindah malah Papa gak pernah di rumah. Aku suka tanya ke Mama, mana Papa? Gak pulang-pulang? Udah gak sayang aku ya? ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ

๐ŸŽค: Turut prihatin, ya, Ilma Remaja. Pasti tidak mudah mengalami ini semua. Cup cup cup ... ๐Ÿค—

Sekarang coba kita tanya pendapat Ilma Dewasa. Setelah mengalami hal itu, bertahun-tahun kemudian, apa yang dirasakan? 

๐Ÿงข: Karena sekarang saya sudah punya anak, saya jadi punya perspektif baru. Suami saya pernah lembur di kantor. Anak-anak tanya, Papa mana? Saya jawab jujur tanpa menjelaskan apa yang saya rasakan. Karena ternyata, setelah menjadi istri, saya justru lebih merasa kehilangan saat suami lagi tidak ada di rumah. Malam jadi susah tidur sambil cek HP berkali-kali barangkali suami ngirim pesan. 

Saya membayangkan, waktu dulu Papa jarang pulang ke rumah, Mama pasti lebih merasa kehilangan dibanding saya. Ditambah lagi saya terus-menerus menyalahkan Papa. Bukankah buat saya masih ada satu orang tua di rumah, yaitu Mama, sedangkan buat Mama, hanya ada satu-satunya suami? ๐Ÿ˜ข

๐Ÿ‘ง: Kalau Mama juga merasa kehilangan, kenapa Mama gak bilang ke Papa buat berhenti kerja kayak gitu? Kerja yang biasa aja, gak usah lah jadi direksi, yang penting bisa sering bareng sama keluarga, kan? 

๐Ÿงข: Begini, Ilma Remaja. Papa sepertinya tidak pernah cerita detail apa yang sedang beliau kerjakan. Ada kalanya laki-laki itu begitu suka dengan apa yang dikerjakannya sampai lupa makan, lupa tidur, atau ngajak main anaknya. Apalagi kalau beliau tahu, beliau bisa melakukan hal yang lebih baik dibanding rekan kerjanya. Itu semacam meningkatkan pride-nya. Itu penting untuk laki-laki dewasa. 

Mungkin juga beliau tidak pernah cerita dengan detail berapa banyak uang yang sedang beliau kumpulkan untuk suatu keperluan tertentu. Bisa jadi, beliau perlu banyak biaya untuk pindah rumah dari daerah Kab. Bandung ke kota. Jadi, keluar dari pekerjaan begitu saja, bukanlah pilihan baginya. 

Tentu kita berharap Papa bisa lebih mengomunikasikan situasi yang beliau alami ke kita. Namun, mungkin itu karakter Papa yang lebih suka menyelesaikan semua hal sendirian tanpa terlalu banyak membicarakannya. Ada ungkapan, "man doesn't talk, man act." Tidak semua orang punya kemampuan komunikasi yang efektif. Bukankah kita juga begitu? Kita lebih banyak mengedepankan emosi dan sering ngambek? ๐Ÿ˜‰

๐Ÿ‘ง: Mm... (menunduk malu)

๐ŸŽค: Oke, sekarang Ilma Dewasa silakan share perubahan hidup terbesar yang dialaminya apa?

๐Ÿงข: Waktu hamil anak kedua. Kombinasi dari perubahan hormonal, adaptasi tinggal di negara baru, pandemi, hingga mengalami kecelakaan mobil.

๐ŸŽค: Wah, semakin seru, nih perbincangan kita. Buat nyambung statement Ilma Dewasa soal perubahan hormonal, kita masuk ke babak kedua!

Babak Kedua: Perubahan Diri Paling Besar

๐ŸŽค: Sebelum kita dengarkan kisah Ilma Dewasa lebih lanjut, kita coba dengarkan dulu perubahan diri paling besar buat Ilma Remaja seperti apa. 

๐Ÿ‘ง: Masih sama di masa itu. Emosi aku gak stabil. Aku kan udah punya SIM motor jadi udah bawa motor ke sekolah. Kalau di jalan aku ketemu pengendara yang nyebelin, bisa aku kejar itu mobil atau motornya. Terus sampai di rumah, aku banting helm karena masih marah. 

Udah gitu aku makin berani ngebantah orang tua. Sengaja ngelakuin apa yang dilarang. Aku sampai pacaran backstreet sama cowo beda agama. Pacaran aja gak boleh. Sekalian ini beda agama. 

Aku males belajar juga. Nilai aku jeblok banget di sekolah. Tiap ulangan harian pasti remedial. 

Rusuh bat pokoknya. Yakin deh, ini pasti gara-gara perubahan hormon. Soalnya sebelum ini aku baik-baik aja, kok. Aku masih rajin belajar. Aku nurut apa yang dibilang sama orang tua.

๐ŸŽค: Boleh konfirmasi dulu, kejadian ini waktu Ilma Remaja usia berapa? 

๐Ÿ‘ง: 16 tahun

๐ŸŽค: Baik. Sekarang kita coba tanya Ilma Dewasa. Perubahan diri paling besarnya seperti apa. 

๐Ÿงข: Menyambung waktu hamil anak kedua. Tahun 2020 awal saya juga merasakan gejolak hormon yang luar biasa. 

Saya merengek ke suami karena sudah setengah tahun tinggal di luar negeri tapi tidak pernah diajak pergi ke manapun. Padahal saat itu suami lagi lagi sibuk-sibuknya dengan pendidikan doktoralnya. Suami udah memberi pengertian dengan baik-baik, tetapi saya malah tambah ngambek. Kami hampir memutuskan berpisah. 

Tiba-tiba saya tidak mengalami datang bulan. Rupanya saya positif hamil hanya berjarak 1,5 tahun setelah anak pertama lahir. Ini sama sekali tidak direncanakan. 

Hal tidak terduga lainnya adalah adanya pandemi. Semua orang takut keluar rumah karena penyakit ada di mana-mana. Saya bahkan tidak kontrol kandungan selama lebih dari 3 bulan.

Lalu, suami memutuskan beli mobil. Dua minggu setelah beli mobil, waktu itu saya sudah hamil 9 bulan, kami mengalami kecelakaan mobil. 

Semua itu membuat saya sadar kalau akan ada banyak perubahan hidup yang terjadi di sekitar saya. Baik dari dalam diri sendiri, misalnya karena hormonal, atau dari lingkungan saya yang tidak bisa saya kontrol. 

Di situlah, support system sangat membantu saya melalui berbagai perubahan kehidupan. Dalam keadaan kalut karena kami mengalami kecelakaan mobil dan saya harus stay di rumah sakit untuk memantau kondisi saya yang hamil besar, suami selalu menenangkan saya. Beliau bilang, "Tidak papa. Tidak usah dipikirkan. Yang penting kita semua selamat. Bayinya juga tidak apa-apa."

๐ŸŽค: Aww, ini sweet sekali ๐Ÿฅฐ Sebetulnya host masih ingin melanjutkan game ini. Sayangnya kita sudah kehabisan jumlah kata waktu. Dari cerita kalian, bisa host simpulkan bahwa dalam menghadapi perubahan hidup setidaknya kita perlu dua hal, yaitu perspektif baru dan support system yang baik.

Baiklah, terima kasih Ilma Remaja dan Ilma Dewasa. Silakan kalian kembali ke time zone masing-masing melalui mesin waktu. Sampai jumpa lagi!

Tulisan ini diikutkan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog .



Ilma Purnomo (Mama Razin)
Ibu rumah tangga yang kadang belajar hal baru, menulis, memasak, atau ngajar anak. Saat ini tinggal di Seattle, Amerika Serikat.
Terbaru Lebih lama

Related Posts

1 komentar

  1. Campur-aduk, baca cerita, eh wawancaranya. Yang jelas jadi ngecek berapa maksimal jumlah kata! ๐Ÿคญ๐Ÿคญ Peluk jauh ๐Ÿค—๐Ÿ˜˜

    BalasHapus

Posting Komentar