Ilma Hidayati Purnomo

Ketika Flu Kali Ini Terasa Berbeda

Udah seminggu lebih, tapi kok sakit kepalanya gak ilang-ilang, ya? Mana ini lagi Ramadan. Masa aku mau mokel terus gara-gara sakit kepala? 😓


Awal Mula

Minggu kedua bulan Maret 2025 menjadi minggu yang berat. Pertama, aku baru mulai puasa (sebelumnya masih datang bulan). Kedua, baru ada pergeseran waktu +1 jam (daylight saving time). Aneh banget rasanya, kayak anakku jadi "berasa" masuk sekolah jam 8 pagi.

Terakhir, anak pertamaku mulai sakit batuk-pilek lagi. Sampai-sampai, pas hari Rabu, 12 Maret 2025, pak suami bilang dia gak usah sekolah aja. Kebetulan hari itu anak keduaku mau menjalani screening buat masuk sebuah program Prekindergarten, Transitional to Kindergarten. Jadi, aku bawa sekalian kakaknya.

Kupikir, anak pertamaku doang yang bakalan sakit. Karena selang beberapa hari, gak ada di antara kami yang sakit lagi. Sampai hari Jumat tiba. Aku bantuin ibu-ibu Indonesia gulungin pastry buat buka bersama di masjid yang cukup besar di sini. Bikin 1200 pastry, cuy! Alhasil, tiga jam aku berdiri buat masukin isi dan gulungin pastry.

Hari Sabtunya, kami ikut buka bersama di masjid. Malam itu, tenggorokanku mulai berasa sakit. Tapi masih aku abaikan.

Besoknya, hari Minggu, 15 Maret 2025, aku melakukan kesalahan fatal. Gara-gara pak suami berturut-turut gak buka puasa di rumah dan aku ikut bukber malam sebelumnya di masjid, ada sayur daging yang usianya udah lebih dari sehari semalam. Anak pertamaku udah bilang, "Kok bau pancake dan keju?" waktu aku manasin sayur daging. Dasar gak peka, tetep aku kasihin ke anak-anak.

Sorenya, kami pergi ke taman. Pas di mobil, anak pertamaku tau-tau nangis merengek gitu. Sampai akhirnya kami buru-buru mampir ke supermarket karena anakku bilang mau BAB. Ya, menc*et gitu.

Habis dari supermarket, terus kami ke masjid. Anakku balik lagi ke toilet buat BAB. Akhirnya, beres, aku bisa ikut makan sajian bukber.

Beres makan, perutku melilit! Gila, sakiiiit banget. Duh, jangan-jangan ini yang dirasain anakku tadi. Sekarang aku ketularan!

Akhirnya, kupanggil pak suami dari sisi masjid bagian cowok, aku suruh jagain anak-anak. Aku lari ke toilet dan menc*et-menc*et juga. Hhh...

Pulangnya, tenggorokanku masih rada gak enak. Besoknya, pas tenggorokanku udah enakan, giliran hidungku mampet dan batuk. Selamat datang flu season dua!


Tak Pernah Terpikir Ini Bukan Sekedar Flu

Selama satu minggu, 17-22 Maret, aku cuma bisa rebahan doang di rumah. Hidungku mampet, ingusnya kentel dan ijo, batuk melulu, mana sakit kepalanya gak masuk akal!

Rasanya tuh kayak dahiku ditusuk-tusuk. Kadang menjalar ke gigi sampai aku beneran ngira sakit gigi. Ditambah pipi kanan dekat hidung tampak bengkak. Anehnya, pas aku raba gusi di dalamnya, gak sakit. Tapi kok pipinya bengkak dan sakit?

Mana sakitnya tuh gantian. Habis dari sisi kanan, pindah ke sisi kiri. Sakit di geligi dan rahang. Jangan tanya soal sakit kepala. Pokoknya kepala bagian depan kayak bekas kejeduk berkali-kali. Tiap sujud pas solat ... haduh, harus turun pelan-pelan. Sakitnya bikin merem melek, guys.

Beberapa kali aku memutuskan gak puasa karena sakit kepalanya gak terbantahkan. Sampai hari Senin, 24 Maret aku udah merasa enakan sejak minum obat ibuprofen. Besoknya kucoba puasa.

Eh, sakit kepalanya balik lagi. Mana telanjur udah puasa sampai sore. Akhirnya, aku coba cari lah di Google. Kenapa flu ini sakit kepalanya begitu menyiksa.

Aku coba search "throbbing headache on forehead". Google bilang aku kena tension headache. Tapi pas baca deskripsinya, kok gak cocok, ya? Katanya, tekanan pada dahi yang disebabkan oleh faktor psikologis. Et dah, aku gak lagi se-stress itu.

Terus muncul juga hasil penelusuran "sinus headache". Aku baca dengan detail, loh, ini dia!

Sakitnya itu di dahi, tepat di atas hidung dan alis. Aku inget, selain pernah mengeluh kalau pipiku bengkak dan gigiku sakit, aku bilang ke pak suami kalau di daerah dahi itu sakit. Saking sakitnya, sampai kalau kulitnya disentuh juga berasa sakit!

Aneh, kan? Harusnya kalau sakit kepala, rasa sakitnya cuma terasa dari dalam. Ini tuh beneran dipegang dari luar juga berasa sakitnya. Kayak bekas kejeduk!

Telusur punya telusur, muncul juga artikel soal "sinus infection." Ciri-cirinya mirip dengan apa yang aku rasakan. Aku coba cari di artikel berbahasa Indonesia, aku baru syok. Hah? Sinusitis?


Bedanya Sinusitis sama Flu

Kan sama-sama keluar ingus, ya? Apa bedanya?

Satu perbedaan yang paling mencolok: sakit di area sinus. Di manakah area sinus?


Sinus itu rongga kecil yang terhubung melalui saluran udara di dalam tulang tengkorak. Lokasinya bisa dilihat di gambar di atas (ada di dahi, pipi, belakang hidung). Secara alami, sinus mengeluarkan lendir untuk menyaring bakteri dan partikel lainnya yang terhirup saat bernafas. Sinus juga menghangatkan dan melembabkan udara yang dihirup.

Nah, kalau sinus meradang, sinus bakal memproduksi lendir berlebih. Pada kasusku, hidungku terus mengeluarkan lendir hijau dan kental. Hidungku juga tersumbat (mau gonta ganti posisi, tetep aja mampet). Aku kehilangan kemampuan mencium dan merasakan makanan. Pokoknya hambar blas!

Kalau masih dirasa mirip sama flu, pokoknya yang paling membedakan adalah sakit pada area sinus. Inilah pengalaman yang baru pertama kali aku rasakan. Sakit di area dahi di atas hidung. Sakit pada pipi, gigi, dan rahang. Sakit di dahi tiap kali aku nunduk. Yang paling mengejutkan, aku pernah dengar suara kruk-kruk dari dalam hidung!

Ya, ternyata emang sakit yang aku rasakan beda sama sakit flu yang aku alami bulan lalu.

Pengobatan Sinusitis

Kalau kata artikel kesehatan di Google, ya, istirahat aja sama minum obat pereda sakit dan pilek. Apakah benar hanya begitu? Coba dong, yang berpengalaman dengan sinusitis, apakah pengobatannya cukup seperti ini saja? Silakan berbagi di kolom komentar, ya!

Ilma Purnomo (Mama Razin)
Ibu rumah tangga yang kadang belajar hal baru, menulis, memasak, atau ngajar anak. Saat ini tinggal di Seattle, Amerika Serikat.
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar